Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gejala HIV/AIDS Tidak Otomatis Membuktikan Sudah Tertular HIV/AIDS

15 September 2022   11:02 Diperbarui: 15 September 2022   11:06 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di PMI, misalnya, tidak ada skiring awal tentang perilaku seksual calon donor. Soalnya, kalau calon donor pernah melakukan salah satu atau beberapa perilaku seksual berisiko tinggi tertular HIV/AIDS di bawah tiga bulan sebelum mendonorkan darahnya, maka hasil rapid tes HIV terhadap darah donor bisa menghasilkan positif palsu atau negatif palsu.

Matriks: Tertular HIV, masa jendela, dan masa AIDS. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Tertular HIV, masa jendela, dan masa AIDS. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Tertular HIV/AIDS di bawah tiga bulan ada pada masa jendela sehingga hasil tes bisa positif palsu yaitu hasil tes reaktif tapi sebenarnya yang terdeteksi bisa saja virus lain. Sebaliknya, hasil tes di masa jendela bisa pula negatif palsu. HIV/AIDS sudah ada di darah tapi hasil tes nonreaktif. Itulah sebabnya untuk diagnosis hasil tes HIV pertama harus dikonfirmasi dengan tes lain.

Bayangkan, darah yang ditransfusikan ternyata darah donor dengan hasil tes negatif palsu. Ini tentu saja membawa bencana karena yang menerima transfusi berisiko tertular HIV/AIDS dari darah donor tadi. Probabilitas tertular melalui darah di atas 90%.

Sangat disayangkan 'hari gini' masih saja ada wartawan yang menulis berita yang menyesatkan dan redakturnya pun meloloskan berita dengan klassifikasi misleading. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun