Amat disyangkan media massa dan media online hanya mem-blow up mahasiswa ber-KTP Bandung yang celakanya sumber data juga tidak akurat karena tidak menjelaskan rentang waktu kasus tersebut.
Baca juga: 414 Mahasiswa Bandung yang Tertular HIV/AIDS Ternyata Terjadi pada Rentang Waktu Selama 30 Tahun
Tidak sedikit komentar di berita-berita tentang kasus HIV/AIDS itu yang menganggap 414 mahasiswa itu terdeteksi 'baru-baru' ini seperti layaknya penjelasan waktu pada sebagian media.
Ada juga yang berkomentar: mahasiswa segitu banyak AIDS, bagaimana dengan ceweknya.
Tentu saja komentar-komentar itu muncul karena sumber data awal tidak arif memberikan penjelasan. Wartawan yang mendapat informasi itu pun semringah karena bisa jadi berita yang sensasional yang berujung bombastis yang tidak bermakna.
Yang tidak masuk akal adalah solusi yang ditawarkan Wagub Jabar, Uu Ruzhanul Ulum, yaitu poligami dan nikah muda. Ini jelas tidak nyambung karena kasus itu terdeteksi pada masiswa yang masih dibiayai oleh orang tuanya. Apa iya mereka harus menikah selama kuliah dan poligami pula.
Baca juga: Apakah Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum Bisa Jamin Suami yang Poligami Tidak Akan Pernah Lagi Jajan
Yang jadi masalah besar adalah rentang usia mahasiswa libido (dorongan hasrat seksual) sedang berapi-api. Celakanya, menyalurkan libido tidak bisa diganti dengan kegitan lain selain hubungan seksual atau 'swalayan' (onani pada laki-laki dan masturbasi pada perempuan). Ini pun tidak plong karena hanya bisa 'menahan' libido sementara waktu saja.
Itu artinya perlu disampaikan tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS yang akurat dengan pijakan fakta medis melalui komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).
Celakanya, sejak awal epidemi HIV/AIDS 35 tahun yang lalu materi KIE selalu dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama sehingga fakta medis tentang HIV/AIDS tenggelam. Yang sampai ke masyarakat hanya mitos (anggapan yang salah).
Misalnya, mengait-ngaitkan penularan HIV/AIDS dengan hubungan seksual sebelum menikah, hubungan seksua di luar nikah, homoseksual dan yang paling kacau adalah penyebutan 'seks bebas.'