Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Informasi HIV/AIDS yang Menyesatkan Tidak Mendukung Penanggulangannya di Indonesia

5 September 2022   00:15 Diperbarui: 6 September 2022   03:00 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi HIV/AIDS, penularan HIV, pencegahan HIV. (sumber: Shutterstock/alexkich via kompas.com)

Sudah saatnya media massa dan media online menyiarkan berita HIV/AIDS yang akurat sesuai dengan fakta medis agar tidak menyesatkan.

HIV/AIDS adalah penyakit menular yang didapati dari perilaku beresiko, di antaranya:

  • Melakukan hubungan seksual dengan yang bukan pasangannya (suami atau istri)
  • Menggunakan jarum suntik yang tidak steril yang bisa menjadi media penularan
  • Menggunakan NAPZA.

Informasi di atas ada dalam berita "Ratusan Mahasiswa Bandung Positif HIV, Kenali Gejalanya Sebelum Terlambat" (liputan6.com, 31/8-2022).

Informasi yang dipublikasikan oleh liputan6.com di atas tidak akurat karena tidak sesuai dengan fakta HIV/AIDS sebagai fakta medis.

Pertama, HIV/AIDS bukan penyakit. HIV adalah virus yang termasuk retrovirus yaitu virus yang bisa menggandakan dirinya. Sedangkan AIDS adalah kondisi pada masa AIDS (secara statistik terjadi antara 5 -- 15 tahun setelah tertular HIV jika tidak menjalani pengobatan dengan obat antiretroviral/ATR).

Kedua, pernyataan HIV/AIDS adalah penyakit menular yang didapati dari perilaku beresiko, di antaranya melakukan hubungan seksual dengan yang bukan pasangannya (suami atau istri) adalah informasi yang menyesatkan.

Penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (bukan dengan pasangan), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual yaitu salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom (Lihat matrik risiko penularan HIV/AIDS).

Matriks: Sifat dan kondisi hubungan seksual terkait dengan risiko penularan HIV/AIDS. (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Sifat dan kondisi hubungan seksual terkait dengan risiko penularan HIV/AIDS. (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang sah secara agama dan hukum pun bisa terjadi penularan HIV/AIDS jika salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan suami tidak memakai kondom setiap kali melakukan hubungan seksual.

Baca juga: Guru Agama Ini Kebingungan Karena Anak Keduanya Lahir dengan HIV/AIDS

Selanjutnya disebut HIV/AIDS adalah penyakit menular yang didapati dari perilaku beresiko, di antaranya menggunakan jarum suntik yang tidak steril yang bisa menjadi media penularan.

Tidak semua jarum suntik yang tidak steril jadi media penularan HIV/AIDS karena tidak ada darah dalam jarum suntik dan pompa yang mengandung HIV.

Risiko penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik bisa terjadi pada penyalahguna Narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) secara bersama-sama dengan memakai jarum secara bergantian. Ini berisiko karena jika ada di antara mereka yang mengidap HIV/AIDS, maka darah yang mengandung HIV akan masuk ke jarum dan tabung ketika menyuntikkan Narkoba.

Ilustrasi. (Sumber: pbs.org)
Ilustrasi. (Sumber: pbs.org)

Selanjutnya darah yang mengandung HIV di jarum dan tabung akan pindah ke penyuntik berikutnya.

Begitu juga dengan pernyataan ini: HIV/AIDS adalah penyakit menular yang didapati dari perilaku beresiko, di antaranya menggunakan NAPZA.

Pernyataan ini benar-benar ngawur dan menyesatkan karena Narkoba dan zat adiktif tidak bisa jadi media penularan HIV, seperti rokok, teh dan kopi yang merupaka zat adiktif. Lagi pula kalau NAPZA dipakai tanpa memamaki jarum suntik tidak ada risiko penularan HIV karena tidak ada media (jarum dan tabung) yang bisa menyimpan darah.

Terkait dengan gejala-gejala yang dikaitkan dengan HIV/AIDS harus ada prakondisi yaitu pernah atau sering melakukan perilaku seksual atau nonseksual yang berisiko tinggi terjadi penularan HIV/AIDS.

Jika seseorang tidak pernah melakukan perilaku seksual atau nonseksual yang berisiko tinggi terjadi penularan HIV/AIDS, maka gejala-gejala itu sama sekali tidak terkait dengan HIV/AIDS.

Sudah saatnya media massa dan media online menyiarkan berita HIV/AIDS yang akurat sesuai dengan fakta medis agar tidak menyesatkan yang bisa membawa orang ke lembah risiko tertular HIV/AIDS. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun