Selanjutnya disebut HIV/AIDS adalah penyakit menular yang didapati dari perilaku beresiko, di antaranya menggunakan jarum suntik yang tidak steril yang bisa menjadi media penularan.
Tidak semua jarum suntik yang tidak steril jadi media penularan HIV/AIDS karena tidak ada darah dalam jarum suntik dan pompa yang mengandung HIV.
Risiko penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik bisa terjadi pada penyalahguna Narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) secara bersama-sama dengan memakai jarum secara bergantian. Ini berisiko karena jika ada di antara mereka yang mengidap HIV/AIDS, maka darah yang mengandung HIV akan masuk ke jarum dan tabung ketika menyuntikkan Narkoba.
Selanjutnya darah yang mengandung HIV di jarum dan tabung akan pindah ke penyuntik berikutnya.
Begitu juga dengan pernyataan ini: HIV/AIDS adalah penyakit menular yang didapati dari perilaku beresiko, di antaranya menggunakan NAPZA.
Pernyataan ini benar-benar ngawur dan menyesatkan karena Narkoba dan zat adiktif tidak bisa jadi media penularan HIV, seperti rokok, teh dan kopi yang merupaka zat adiktif. Lagi pula kalau NAPZA dipakai tanpa memamaki jarum suntik tidak ada risiko penularan HIV karena tidak ada media (jarum dan tabung) yang bisa menyimpan darah.
Terkait dengan gejala-gejala yang dikaitkan dengan HIV/AIDS harus ada prakondisi yaitu pernah atau sering melakukan perilaku seksual atau nonseksual yang berisiko tinggi terjadi penularan HIV/AIDS.
Jika seseorang tidak pernah melakukan perilaku seksual atau nonseksual yang berisiko tinggi terjadi penularan HIV/AIDS, maka gejala-gejala itu sama sekali tidak terkait dengan HIV/AIDS.
Sudah saatnya media massa dan media online menyiarkan berita HIV/AIDS yang akurat sesuai dengan fakta medis agar tidak menyesatkan yang bisa membawa orang ke lembah risiko tertular HIV/AIDS. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H