Lagi pula kalau benar 'seks bebas' penyebab HIV/AIDS, maka semua orang yang pernah melakukan 'seks bebas' sudah tertular HIV/AIDS. Faktanya, tidak!
Ini juga dalam berita: "Masalahnya pada remaja ini mereka belum paham betul. katanya kalau baru sekali (berhubugan seksual) nggak bakal tertular," ujar Prof Siswanto.
Memang, secara teoritis risiko tertular HIV/AIDS melalui hubungan seksual di dalam dan di luar nikah tanpa kondom dengan pengidap HIV/AIDS adalah 1:100.Â
Masalahnya adalah tidak bisa diketahui pada hubungan seksual yang keberapa penularan HIV/AIDS terjadi. Bisa yang pertama, kedua, ketujuh, kedua puluh, kesembilan puluh atau yang keseratus.
Itu artinya setiap hubungan seksual yang berisiko di dalam dan di luar nikah tanpa kondom, yaitu dilakukan dengan yang tidak diketahui status HIV-nya atau dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan PSK langsung/PSK tidak langsung ada risiko tertular HIV/AIDS.
Selama materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang HIV/AIDS tetap dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama, maka selama itu pula fakta medis tentang HIV/AIDS tenggelam. Yang sampai ke masyarakat hanya mitos.
Maka, sosialisasi HIV/AIDS dengan materi KIE yang bermuatan mitos hanyalah kegiatan yang menggantang asap. Sia-sia. Jadi, kalau kemudian kasus baru HIV/AIDS terus terdeteksi merupakan akibat mitos yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS' di Indonesia yang bisa berujung sebagai 'afrika kedua.' *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H