Disebutkan: Faktanya, anak muda memang lebih rentan terkena penyakit mematikan tersebut.
Yang membuat kalimat ini jelas ngawur karena tidak memahami HIV/AIDS sebagai fakta medis karena pengetahuannya hanya sebatas mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS.
Ada kutipan pernyataan Ketua Pusat Kesehatan Reproduksi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof dr Siswanto Agus Wilopo, yang mengatakan perilaku seks berisiko masih menjadi salah satu faktor terbesar penularan HIV. Penularan HIV kebanyakan terjadi karena masih kurangnya pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi.
Yang lebih tepat pengetahuan remaja dan kalangan usia produktif bukan kurang, tapi mereka terperangkap atau termakan mitos AIDS yang terus dikumandangkan banya kalangan yang memakai 'baju moral' ketika bicara soal HIV/AIDS.
Baca juga: Ratusan Mahasiswa Bandung yang Tertular HIV/AIDS karena Terperangkap Mitos
Salah satu mitos yang selalu jadi 'buah bibir' orang-orang yang memakai 'baju moral' ketika bicara seksualitas, dalam hal ini HIV/AIDS, adalah penyebutan 'seks bebas' yang tidak jelas juntrungannya alias ngawur bin ngaco.
Sampai detik ini tidak ada yang bisa memberikan penjelasan tentang arti yang sebenarnya dari 'seks bebas.' Tapi, kalau diperhatikan ternyata 'seks bebas' itu mengacu ke melakukan zina (hubungan seksual) dengan pekerja seks komersial (PSK) di lokalisasi pelacuran.
Nah, inilah salah satu biang keladi yang menjerumuskan banyak orang ke jurang HIV/AIDS karena orang kemudian beranggapan bahwa 'seks bebas' yang disebut penyabab HIV/AIDS adalah kalau zina dengan PSK.
Maka, mereka melakukan zina dengan PSK tidak lansung, seperti cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, dan cewek prostitusi online.Â
Mereka melakukannya tidak di lokalisasi pelacuran tapi di rumah konrakan, di rumah kos, penginapan, losmen, hotel melati, hotel berbintang atau apartemen.