Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Informasi tentang Ciri HIV yang Menakutkan Sekaligus Menyesatkan

4 Agustus 2022   20:00 Diperbarui: 4 Agustus 2022   20:22 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Waspada, Ciri HIV Mirip dengan Flu Biasa!" Ini judul berita di health.detik.com, 8/3-2022. Judul berita ini menakutkan sekaligus menyesatkan (misleading), karena:

(a). Tidak ada ciri-ciri, tanda-tanda atau gejala-gejala yang khas AIDS sebelum masa AIDS (secara statistik antara 5-10 tahun setelah tertulah HIV jika tidak minum obat antiretroviral/ARV sesuai resep dokter).

(b). Gejala mirip flu biasa tidak otomatis terkait dengan infeksi HIV jika tidak ada prakondisi yaitu pernah atau sering melakukan perilaku seksual dan perilaku nonseksual yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS.

Seseorang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, jika melakukan salah satu atau beberap perilaku seksual berisiko berikut, yaitu:

(1). Laki-laki dan perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral), di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,

(2). Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan perempuan yang serng berganti-ganti pasangan, dalam hal ini pekerja seks komersial (PSK) langsung dan cewek prostitusi online, dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,  

(3). Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks ana; dan seks oral) dengan waria. Sebuah studi di Kota Surabaya tahun 1990-an menunjukkan pelanggan waria kebanyak laki-laki beristri. Mereka jadi 'perempuan' ketika seks denga waria (ditempong), sedangkan waria jadi 'laki-laki' (menempong).

(4). Perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan gigolo dengan kondisi gigolo tidak memakai kondom.

Sedangkan perilaku nonseksual yang berisiko tertular HIV, yaitu:

(5). Menerima transfuse darah yang tidak diskrining HIV,

(6) Memakai jarum suntik dan tabungnya secara bersama-sama dengan berganti-ganti dan bergilir, terutama pada penyalahguna Narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) karena bisa saja salah satu mengidap HIV/AIDS sehingga darah masuk ke jarum suntik dan ke tabung yang salnjutnya disuntikkan ke badan penyalahguna yang lain.

(c). Tanpa ciri-ciri mirip flu biasa pun bisa saja seseorang sudah tertular HIV/AIDS jika orang tersebut pernah atau sering melakukan perilaku seksual dan nonseksual berisiko.

Dalam berita disebutkan: Mayoritas orang yang terinfeksi HIV mengalami penyakit biasa seperti flu yang terjadi 2-6 minggu setelah infeksi.

Persoalannya, dalam berita tidak dijelaskan siapa 'mayoritas orang yang terinfeksi HIV' itu. Tentu saja tidak semua orang masuk dalam kategori 'mayoritas orang yang terinfeksi HIV' jika tidak pernah melakukan perilaku seksual berisiko.

Maka, sebaiknya media massa dan media online tidak mengumbar ciri-ciri, tanda-tanda atau gejala-gejala HIV/AIDS tanpa menyebut prakondisi.

Disebutkan dalam berita:

Ciri HIV yang paling umum adalah:

  • Peningkatan suhu (demam)
  • Sakit tenggorokan
  • Ruam tubuh

Ciri lainnya dapat meliputi:

  • Kelelahan
  • Nyeri sendi
  • Nyeri otot
  • Kelenjar bengkak

Semua ciri-ciri yang disebutkan di atas bisa terjadi bahkan berulang kali pada orang-orang yang tidak tertular HIV/AIDS.

Maka, amatlah gegabah menyebut ciri-ciri di atas terkait dengan infeksi HIV/AIDS tanpa mengaitkannya dengan perilaku seksual dan nonseksual berisiko.

Disebutkan pula: Kenali ciri HIV sedini mungkin, agar bisa mendapatkan pertolongan dan perawatan dengan segera.

Ini juga tidak akurat. Yang dikenali bukan ciri HIV, tapi menimbang perilaku berisiko yang pernah atau sering dilakukan. Tanpa ciri pun kalau sering melakukan perilaku berisiko tertular HIV/AIDS sebaiknya menjalani tes HIV.

Yang perlu diingat jika hasil tes HIV negatif itu bukan vaksin karena setelah tes bisa saja tertular HIV/AIDS jika melakukan perilaku berisiko. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun