Jika dimaksud 'penyimpangan' adalah hubungan seksual dengan PSK atau dengan pasangan yang berganti-ganti, bagaimana cara memantau dan mengontrol laki-laki selalu memakai kondom?
Tentu saja mustahil. Apalagi sekarang lokalisasi pelacuran sudah pindah ke media sosial. Transaksi seks dilakukan di alam maya sedangkan eksekusinya di sembarang waktu dan sembarang tempat. Prostitusi online tidak bisa diintervensi untuk sosialisasi pemakaian kondom (Lihat matriks).
d. menghindari penyalahgunaan obat/zat adiktif (no Drug);
Penyalahgunaan Narkoba (Narkotika dan bahan-bahan berbahaya) bisa berisiko terjadi penularan HIV/AIDS jika penyalahgunaan Narkoba dilakukan secara bersama-sama dengan disuntikkan memakai jarum suntik yang sama secara bergantian.Â
Karena bisa saja salah satu dari mereka mengidap HIV/AIDS sehingga ketika disuntikkan darah masuk ke jarum selanjutnya ke tabung. Jarum dan tabung yang sudah mengandung HIV/AIDS kemudian dipakai yang lain sehingga terjadi penularan HIV/AIDS melalui darah.
e. meningkatkan kemampuan pencegahan melalui edukasi termasuk mengobati IMS sedini mungkin (Education);
Ini jelas langkah di hilir yaitu terjadi pada warga yang sudah tertular.
f. melakukan pencegahan lain, antara lain melalui sirkumsisi.
Sirkumsisi atau sunat bukan mencegah penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual, tapi menurunkan risiko. Yang dikhawatirkan laki-laki menganggap sunat sebagai 'kondom' sehingga tidak pakai kondom pada hubungan seksual berisiko. Akibatnya, ada resiko tertular HIV/AIDS.
Kalau saja Perda AIDS Bengkulu dirancang dengan baik, maka yang diperlukan adalah cara-cara yang konkret untuk menutup pintu-pintu masuk HIV/AIDS di bawah ini: