Riwayat Kontak Ditangkap Masyarakat Secara Keliru
Sampai sekarang cara-cara penularan HIV/AIDS yang bertumpu pada isu moral yang sebenarnya merupakan mitos (anggapan yang salah) karena tidak sesuai dengan fakta medis jadi pendapat umum. Maka, tidak mengherankan kalau kemudian jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS di Indonesia sampai 31 Maret 2020 mencapai 511.955. Daerah dengan jumlah tertinggi ada di Jawa Timur terbanyak disusul DKI Jakarta, Papua, Jabar dan Jateng.
Sedangkan kematian pertama terkait Covid-19 juga terjadi di Bali. Kematian pasien Covid-19 dengan Kode 25 seorang WNA perempuan umum 53 tahun. Kematian terjadi tanggal 11 Maret 2020. Jenazah dibawa ke negara asal WNA tsb.
Begitu pula dengan wabah Covid-19 yang sudah berkecamuk sejak Desember 2019 di Wuhan, China, baru ditanggapi pemerintah ketika dua warga terdeteksi positif tertular Covid-19. Perihal dua warga yang tertular ini langsung diumumkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Menkes Dr dr Terawan Agus Putranto, SpRad (K) tanggal 2 Maret 2020.
Celakanya, riwayat kontak Pasien 01 dan 02 dibeberkan ke masyarakat secara vulgar. Padahal, tidak bisa dibuktikan secara medis bahwa penularan virus corona dari WN Jepang ke Pasien 01 terjadi saat mereka berdansa. Bisa saja penularan terjadi di kegiatan lain, seperti ngopi bersama, bercengkerama, dll.
Akibatnya, masyarakat menangkap informsi yang keliru yaitu dansa jadi penyebab penularan Covid-19. Bagi setengah orang dansa itu perbuatan maksiat, maka ketika mereka berjualan di pasar, pergi ke tempat kerja atau pergi ke kegiatan agama bagi mereka itu bukan kegiatan berisiko tertular Covid-19 karena bukan maksiat.
Sejarah Covid-19 di Indonesia jadi gelap karena banyak orang yang menuding Pasien 01 dan 02 sebagai penyebar virus corona. Padahal, pada waktu yang sama di beberapa daerah juga terdeteksi orang dengan Covid-19 yang tidak mempunyai riwayat kontak dengan Pasien 01 dan 02.
Judul-judul Berita yang Bombastis
Tampaknya, dua kasus ini, HIV/AIDS dan Covid-19, jadi masalah besar dalam bidang kesehatan (masyarakat) karena berbalut dengan norma dan agama yang memunculkan stigmatisasi (pemberian cap negatif) dan diskriminasi (perlakuan berbeda).
Baca juga: Ajal Akhiri Persahabatanku dengan Tiga Odha