Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kenapa Kasus Baru Virus Corona Turun dan Landai di Indonsia

29 Mei 2020   19:01 Diperbarui: 31 Mei 2020   12:18 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: covid19.go.id

"5 Hari Terakhir Kasus Virus Corona di Indonesia Menurun, Sudah Puncak Pandemi? Ini Kata Pemerintah." Ini judul berita di jogja.tribunnews.com, 27/5-2020.

Judul berita di atas misleading (menyesatkan) karena hanya melihat secara parsial dan tidak memperhitungkan jumlah orang yang tes Covid-19 setiap hari sejak tanggal 21/5-2020 sd. 26/5-2020.

Dalam setiap konferensi pers tentang update corona,  Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan  Covid-19, Achmad Yurianto, tidak pernah menyebutkan jumlah warga yang tes setiap hari. Yuri selalu menyebut jumlah akumulasi SPESIMEN yang dites. Ini juga tidak objektif karena jumlah SPESIMEN tidak sama dengan jumlah ORANG yang jalani tes Covid-19.

Pada infografis yang dipublikasikan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melalui situs resmi covi19.go.id jelas ada perbedaan (angka) antara SPESIMEN dan ORANG. Di boks UJI PCR ada angka SPESIMEN dengan tanda penambahan dan angka ORANG juga dengan tanda penambahan.

Satu orang bisa beberapa kali tes spesimen swab dengan metode PCR (polymerase chain reaction) atau TCM  (tes cepat molekuler). Seseorang dengan gejala Covid-19 akan jalani tes pertama, jika positif masuk kategori Pasien dalam Pengawasan (PDP). Selanjutnya akan jalani beberapa kali tes untuk memastikan ybs. tidak lagi mengidap virus corona. Maka, jumlah SPESIMEN tidak sama dengan jumlah ORANG yang jalani tes Covid-19.

Kalau kemudian jogja.tribunnews.com menyimpulkan dalam lima hari terakhir sejak tanggal 22/5-2020 kasus positif Covid-19, di berita disebut corona, jumlah kasus baru turun tidak juga persis karena tanggal 23/5-2020 jumlah kasus baru hanya turun sedikit dari 973 kasus baru tanggal 21/5-2020 jadi 949.

Satu hal yang tidak disebutkan oleh jogja.tribunnews.com adalah jumlah orang yang jalani tes Covid-19 dari tanggal 22-26 Mei 2020. Tanggal 24 dan 25 Mei 2020 jumlah orang yang tes Covid-19 sebanyak 3.000-an per hari turun dari 6.000-an di tanggal 21/5-2020 (Lihat tabel).

Tanggal 27, 28 dan 29 Mei 2020 jumlah kasus baru naik lagi dari tanggal 26/5-2020 jadi 600-an dari 400-an di tanggal 26/5-2020.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Jumlah warga atau orang yang jalani tes Covid-19 setiap hari sangat sedikit. Sejak tanggal 2 Maret 2020 sd. tanggal 29 Mei 2020 jumlah warga yang jalani tes Covid-19 sebanyak 205.165 dengan hasil positif Covid-19 sebanyak 25.216 atau 12,3%.

Sedangkan proporsi tes Covid-19 per 1 juta penduduk (populasi) di Indonesia juga sangat rendah jika dibandingkan dengan negara lain di ASEAN kecuali Laos. Proporsi jumlah warga yang jalani tes Covid-19 adalah 757,1 (205.165 : 271,066 juta). Bandingkan dengan Singapura 57.250, Filipina 2.959, Malaysia 16.084, Thailand 5.380, Vietnam 2.828, Brunei 43.382, Kamboja 1.165, dan Laos 845.

Kalau disebut-sebut kasus Covid-19 per hari di Indonesia landai boleh-boleh saja arena warga yang jalani tes Covid-19 juga landai dan sedikit. Maka, daerah-daerah yang menyatakan diri zona hijau bisa saja karena tidak ada tes Covid-19 yang massal berdasarkan contact tracing terhadap orang-orang yang pernah kontak dengan Pasien dalam Pengawasan (PDP), yang baru pulang dari daerah atau negara dengan pandemi Covid-19 yang tinggi, serta punya riwayat kontak dengan orang-orang pada satu atau lebih klaster sumber penyebaran Covid-19.

Pemerintah, dan juga pemerintah provinsi, kabupaten dan kota terlalu berani mengambil risiko dengan melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) bahkan memberikan izin angkutan umum darat, KA, laut dan udara serta membuka tempat usaha non pangan. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun