Ketika tidak ada vaksin, seperti pada Covid-19, pandemi bisa dihadapi dengan tes, dalam hal ini tes dengan spesimen swab dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) di 69 laboratorium, Tes Cepat Molekuler (TCM). Celakanya, tes Covid-19 di Indonesia sangat rendah.
Baca juga: Kenapa Tes Covid-19 di Indonesia Sangat Rendah
Penjelasan Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19, Achmad Yurianto, setiap hari melalui siaran langsung televisi seakan-akan tes Covid-19 besar karena menyebut (akumulasi) dua ratus ribuan. Padahal, itu jumlah sejak tanggal 2 Maret 2020. Sedangkan tes Covid-19 setiap hari di bulan Mei 2020, misalnya, hanya berkisar antara 2.000-an sampai 8.000-an orang.
Dari daftar negara yang proporsi tes Covid-19 per 1 juta penduduk terlihat jelas Indonesia sangat rendah. Bahkan, kalah dari Kamboja. Dengan proporsi tes yang kecil ini penyebaran virus akan terus terjadi karena kalah cepat dengan tes.
Ketika terdeteksi 1 orang positif Covid-19, maka satu mata rantai penyebaran Covid-19 diputus. Jika proporsi tes Covid-19 tidak ditingkatkan, maka penyebaran virus corona akan terus terjadi yang pada gilirannya akan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara episentrum baru Covid-19. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H