Baca juga: HIV/AIDS di Lebak, Banten, Banyak Terdeteksi pada Keluarga
'Hari gini' ternyata orang sekelas Widwiono masih saja membalut lidah dengan moral dalam penjelasan tentang HIV/AIDS yang merupakan fakta medis. Lihat saja ini: Widwiono mengatakan, salah satu upaya yang perlu dilakukan dalam menangkal penyebaran HIV adalah melalui peningkatan ketahanan keluarga.
Pernyataan ini juga mendorong stigmatisasi (pemberian cap buruk) dan diskriminasi (perlakuan berbeda) terhadap Odha (Orang dengan HIV/AIDS) karena mereka dianggap tidak mempunyai ketahanan keluarga.
Widwiono merinci delapan fungsi keluarga, yaitu: agama, budaya, kasih sayang, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan lingkungan perlu dilakukan secara terus menerus oleh kader dalam setiap kegiatan pembinaan keluarga.
Tidak ada kaitan langsung antara delapan fungsi keluarga tsb. dengan penularan HIV/AIDS, misalnya:
(1). Laki-laki dewasa heteroseksual (secara seksual tertarik dengan lawan jenis) yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa memakai kondom, di dalam nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti karena bisa saja salah satu dari perempuan tsb. mengidap HIV/AIDS; atau
(2). Perempuan dewasa heteroseksual (secara seksual tertarik dengan lawan jenis) yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual (laki-laki tidak memakai kondom), di dalam nikah, dengan laki-laki yang berganti-ganti karena bisa saja salah satu dari laki-laki tsb. mengidap HIV/AIDS.
Perilaku berisiko di atas jelas tidak bertentangan dengan agama, tapi merupakan perilaku berisiko tertular HIV/AIDS.
Baca juga: Guru Agama Ini Kebingungan Anak Keduanya Lahir dengan AIDS
Yang mendesak dilakukan adalah intervensi (di hulu) yaitu memaksa laki-laki memakai kondom setiap kali seks dengan pekerja seks komersial (PSK). Ini hanya efektif jika transaksi seks PSK dilokalisir. Thailand sudah membuktikan keberhasilan program ini dengan indikator penurunan jumlah kasus HIV/AIDS pada taruna calon militer.
Masalah besar adalah banyak orang yang termakan mitos (anggapan yang salah) bahwa seks dengan bukan PSK di lokalisasi pelacuran bukan perilaku berisiko tertular HIV/AIDS.