Perang Djawa merupakan salah satu perang dahsyat yang dialami Belanda. Perang ini menewaskan 200.000 pribumi, sedangkan di pihak Belanda 8.000 prajurit Eropa dan 7.000 prajurit yang direktur Belanda dari berbagai daerah di Nusantara tewas. Belanda pun menanggung rugi 20 juta gulden.
Jalan Daendels sudah jadi urat nadi perekonomian daerah-daerah yang dilalui jalan ini. Apalagi setelah pemerintah menjadika jalur Pansela sebagai jalur alternatif mudik mulai dari Jawa Barat -- Jawa Tengah -- Jawa Timur.
Jalur ini akan lebih maju lagi setelah Bandara YIA beroperasi penuh karena daerah-daerah sekitar akan jadi tempat transit dari Bandara ke objek-objek wisata di Jawa Tengah dan DIY. Begitu juga sebaliknya.
Agaknya, Belanda ingin menghilangkan citra kepahlawanan Pangeran Diponegoro yang berjuang melawan kolonial dengan menghilangkan jejak Diponegoro. Ini merupakan akal busuk Belanda untuk melemahkan semangat pengikut Diponegoro yang terus melancarkan perang gerilya.
Dari pemaparan di atas pun tidak ada alasan untuk mengganti nama Jalan Diponegoro jadi Jalan Daendels karena jalan Anyer-Panarukan yang dibangun Daendels pun tidak disebut Jalan Daendels, tapi Jalan Raya Pos.
Maka, sudah saatnya nama jalan itu dikembalikan ke nama yang berbau kepahlawanan nasional yaitu Jalan Diponegoro (dari berbagai sumber). *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H