Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Thailand Tutup Ikon Wisata demi Kelestarian Terumbu Karang

11 Mei 2019   09:21 Diperbarui: 12 Mei 2019   06:36 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Lebih dari 5.000 wisatawan setiap hari tiba di Teluk Maya, “Menyebabkan kerusakan lingkungan yang besar,” kata pihak yang berwewenang di sana. (Sumber: theguardian.com/Dietrich Herlan/Getty Images). 

Biar pun ada bukti kerusakan Teluk Maya, tapi selama bertahun-tahun pihak yang berwewenang di Thailand enggan menutup kawasan wisata itu karena setiap tahun pemasukan dari turis mencapai 400 juta baht atau setara dengan Rp 181,52 miliar.

Laporan "CNN Travel" menyebutkan sejak tahun lalu dikabarkan sudan ditanam lebih dari 10.000 terumbu karang sebagai bagian dari perbaikan habitat karang di teluk itu. Penutupan teluk untuk pariwisata sebagai bagian dari upaya memberikan ruang bagi pertumbuhan terumbu karang agar ekosistem di teluk kian baik.

 Lebih dari 5.000 wisatawan setiap hari tiba di Teluk Maya, “Menyebabkan kerusakan lingkungan yang besar,” kata pihak yang berwewenang di sana. (Sumber: theguardian.com/Dietrich Herlan/Getty Images). 
 Lebih dari 5.000 wisatawan setiap hari tiba di Teluk Maya, “Menyebabkan kerusakan lingkungan yang besar,” kata pihak yang berwewenang di sana. (Sumber: theguardian.com/Dietrich Herlan/Getty Images). 
Perbaikan lingkungan membawa angin segar. Seperti diberitakan oleh "BBC" sejak ditutup tahun lalu hiu karang sirip hitam (blacktip reef sharks) mulai terlihat berenang di perairan teluk. Tentu saja ini kabar gembira yang menandakan ekosistem mulai pulih sehingga ikan hiu pun berenang di teluk bisa jadi mencari makanan di terumbu karang.

Pengelola kawasan wisata itu merencanakan dermaga apung agar tidak merusak pantai. Jalur jalan raya dan kamar mandi pun akan dibangun dengan konsep ramah lingkungan. 

Untuk memastikan jumlah pengunjung sesuai dengan daya dukung yang tidak merusak lingkungan pengelola akan menerapkan sistem tiket elektronik. Soalnya, kelak pengunjung dibatasi hanya 1.200 wisatawan setiap hari yang dibagi dalam empat blok waktu berkunjung. Padahal, sebelum ditutup setiap hari teluk ini dikunjungi sekitar 5.000 wisatawan.

Pelajaran yang sangat berharga dari langkah Thailand dalam menyelamatkan ekosistem sebagai kekayaan sumber daya alam. Bagaimana dengan Indonesia? (Sumber: CNN Travel, The Guardian, BBC, dan sumber lain). *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun