Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kematian Odha: Dari 10 Provinsi, 8 Teratas di Luar Jawa

5 April 2019   17:01 Diperbarui: 5 April 2019   17:13 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: asianage.com)

Dalam laporan "Perkembangan HIV/AIDS dan lnfeksi Menular Seksual (IMS) Triwulan IV Tahun 2018" yang dikeluarkan oleh Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Kemenkes RI, tanggal 28 Februari 2019, jumlah kasus AIDS secara nasional adalah 114.065 dengan 16.473 kematian (14,44 persen).

Laporan tsb. menunjukkan ada 10 provinsi dengan kasus AIDS terbanyak yaitu Papua, Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Bali, Jawa Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Banten dan Kalimantan Barat (Lihat Tabel).

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Pengidap HIV/AIDS yang ada pada masa AIDS berisiko tertular berbagai macam penyakit yang disebut sebagai infeksi oportunistik (IO). Infeksi inilah yang menyebabkan kematian pada pengidap HIV/AIDS, seperti diare, TBC, pnemonia, dll.

Risiko tertular penyakit IO pada masa AIDS (secara statistik terjadi antara 5 -- 15 tahun setelah tertular HIV) terjadi jika virus (HIV) terus menggandakan diri. Ketika HIV masuk ke dalam tubuh melalui aliran daerah HIV langsung mencari sel-sel darah putih yang dijadikan sebagai 'pabrik' untuk menggandakan diri. Setiap hari penggandaan HIV di dalam darah bisa mencapai miliaran copies.

Sel darah putih adalah imunitas seperti tentara dalam satu negara. Jika tentara banyak yang gugur dalam satu peperangan, maka musuh dengan mudah bisa masuk. Begitu juga dengan kondisi Odha (Orang dengan HIV/AIDS), ketika sel darah putih banyak yang rusak karena dijadikan HIV sebagai pabrik, maka imunitas atau kekebalan rendah sehingga mudah diserang berbagai macam penyakit.

Kematian pada Odha terkait AIDS  di Indonesia yang terjadi pada 10 provinsi peringkat persentase terbesar ada di Kalimantan Utara, Gorontalo, Kalimantan Selatan, Jawa Tengah, NTB, NTT, Jambi, Kalimantan Tengah, Jawa Timur dan Maluku Utara (Lihat Tabel).

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Dari 10 provinsi itu ternyata 8 ada di luar Pulau Jawa. Tidak ada penjelasan yang rinci tentang penyakit penyabab kematian Odha di 10 provinsi tsb.

Salah satu upaya untuk menekan penggandaan HIV di dalam darah adalah dengan obat antiretroviral (ARV). Dengan minum obat ARV sesuai dengan anjuran dokter sistem kekebalan tubuh Odha akan tetap terjaga sehingga tidak mudah diserang IO.

Jika bertolak dari fakta di atas, maka kematian Odha di 10 provinsi tsb. ada kemungkinan terkait dengan obat ARV. Dalam laporan "Perkembangan HIV/AIDS dan lnfeksi Menular Seksual (IMS) Triwulan IV Tahun 2018" Ditjen P2P, Kemenkes RI, tanggal 28 Februari 2019, disebutkan jumlah Odha yang gagal follow up (putus obat) mencapai 49.417 (22 persen).

Kemungkinan lain adalah Odha yang meninggal terdeteksi pada masa AIDS dengan IO ketika berobat ke rumah sakit. Ini banyak terjadi karena penjangkauan ke populasi yang selama ini dilakukan oleh LSM (lembaga swadaya masyarakat) sekarang terhenti karena tidak ada lagi dana hibah (grant) dari donor asing. Ini terjadi karena semasa Pemerintah Presiden SBY Indonesia dimasukkan ke kelompk negara maju G-20 sehingga haram menerima hibah.

Akibatnya, deteksi kasus HIV/AIDS sekarang pasif yaitu menunggu warga berobat ke rumah sakit atau sarana kesehatan lain. Ketika dokter melihat ada gejal terkait HIV/AIDS, terutama dengan riwayat perilaku seks berisiko, dianjurkan tes HIV.

Dengan kondisi itu tingkat kematian Odha akan terus tinggi dan penyebaran HIV di masyarakat terus terjadi sebagai 'silent disaster' (bencana terselubung) yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS'. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun