Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Hari Pers Nasional: Menagih Peran Aktif Media dalam Penanggulangan AIDS

9 Februari 2019   04:37 Diperbarui: 9 Februari 2019   07:15 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Upaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat untuk melindungi diri secara aktif agar tidak tertular HIV/AIDS hanya jalan di tempat. Salah satu indikatornya adalah pertanyaan banyak orang tentang HIV/AIDS yang sangat mendasar. Peran pers nasional dalam penanggulangan HIV/AIDS dalam tiga dekade epidemi HIV/AIDS di Indonesia nyaris di titik nadir.

Dalam beberapa kegiatan terkait HIV/AIDS, misalnya, tetap saja banyak peserta yang memilih jawaban dengan menarik panah ke atas pada Gambar 1 di bawah ini.

dokpri
dokpri
Hal itu terjadi karena selama ini informasi HIV/AIDS yang disebarluaskan oleh media massa (media cetak dan media elektronik) dan media online bukan fakta (medis) tentang HIV/AIDS tapi informasi HIV/AIDS yang dibalut dan dibumbui dengan moral sehingga hanya berupa mitos (anggapan yang salah).

Dalam banyak brosur, leaflet, berita, dll. selalu disebutkan bahwa salah satu cara mencegah penularan HIV/AIDS adalah: jangan melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Ini jelas hoax yang masuk ketegori misleading dalam dunia pers karena menyesatkan.

Berita tentang HIV/AIDS pada dekade ketiga epidemi HIV/AIDS ternyata tidak beranjak dari cara pemberitaan di awal epidemi (Pers meliput AIDS, Syaiful W Harahap, Penerbit PT Sinar Harapan/The Ford Foundation, Jakarta, 2000).

Lihat saja pernyataan dalam berita "Cegah Penularan HIV Dimulai dari Mengubah Diri Sendiri" di kompas.com (5/12-2018) ini: Menurut dr Tirsa Veran,i SpOG dari RS Brawijaya Antasari dalam kampanye #UbahHidupLo di ajang Car Free Day Sudirman (25/11), ada beberapa tahap yang bisa kita lakukan untuk melindungi diri dari infeksi HIV-AIDS, yaitu (al.): Tahan diri, untuk tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.

Padahal, secara faktual penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual (bisa) terjadi di dalam dan di luar nikah kalau salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan suami atau laki-laki tidak memakai kondom setiap kali melakukan hubungan seksual penetrasi.

Begitu juga dengan berita yang selalu menyebut-nyebut LGBT terkait dengan HIV/AIDS sehingga banyak orang yang akan menarik panah ke atas pada Gambar 2 di bawah ini.

dokpri
dokpri
Judul berita ini, misalnya: Naffis: Gay Berperan Tularkan HIV/AIDS (jateng.tribunnews.com, 15/10-2018). Naffis disebut sebagai relawan pendamping Odha (Orang dengan HIV/AIDS) di Jateng. Gay yang (bisa) menularkan HIV/AIDS adalah yang mengidap HIV/AIDS bukan semua gay. Tapi, karena tidak ada penjelasan maka yang ditangkap masyarakat adalah gay sebagai penyebar HIV/AIDS. Lagi-lagi informasi yang menyesatkan.

Begitu juga dengan lesbian yang juga dikaitkan dengan HIV/AIDS. Padahal, pada lesbian tidak ada seks penetrasi sehingga tidak ada risiko penularan HIV dengan faktor risiko seks lesbian. Tapi, banyak orang yang tetap menarik panah ke atas pada Gambar 3 di bawah ini.

dokpri
dokpri
Lihatlah judul berita ini "LGBT Gaya Hidup yang Potensial Menyebarkan Penyakit HIV/AIDS" (tribunnews.com, 23/1-2018). L pada LGBT adalah lesbian sehingga berita ini hoax karena tidak ada risiko penularan HIV/AIDS dengan faktor risiko seks pada lesbian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun