Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ujaran Kebencian yang Mengganjal Kemajuan Bangsa

20 Januari 2019   05:13 Diperbarui: 20 Januari 2019   07:03 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: dailywire.com)

Berdasarkan pengamatan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) terkait dengan konten ujaran kebencian di media sosial ternyata pengguna media sosial di Indonesia memiliki kecenderungan untuk lebih menghargai konten negatif ketimbang yang positif (cnnindonesia.com, 26/8-2017). Sepanjang 2017 Kominfo menemukan penyebaran konten berbau negatif di media sosial, seperti ujaran kebencian, fitnah dan hoax mencapai sekitar 5.000. Hal ini disimpulkan Kominfo berdasarkan tanda suka (like) pada konten-konten negatif di media sosial. Yang lebih celaka pengguna media sosial akan menyebarkan konten negatif tsb.

Ada yang beranggapan bahwa sebagian orang tidak mengetahui cara menguji konten negatif dan hoax di media sosial. Tapi, ini tidak sepenuhnya benar karena penggemar hoax justru mencari-cari informasi terkait dengan kebencian mereka. Bahkan, mereka memakai kata kunci dengan kata-kata kebencian mereka. Maka, ketika mereka menemukan informasi terkait dengan kata kunci kebencian mereka informasi itu langsung mereka sebarkan sebagai bagian dari kegembiraan dan euforia mereka sebagai 'the haters'.

[Baca juga: Hoax Memang Dicari-cari]

Ketika sebuah bangsa berada dalam suasana (ujaran) kebencian, hoax dan fitnah itu artinya bangsa itu hanyut menuju jurang kehancuran yang pada gilirannya merusak tatanan kehidupan masyarakat. Harga yang sangat mahal yang harus dibayar oleh sebuah bangsa yang bisa menjegal perjalanan menuju bangsa yang besar. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun