Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Australian Open 2019, Perburuan Hadiah Tunggal Rp 41 M

5 Januari 2019   16:24 Diperbarui: 6 Januari 2019   06:28 2707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu dari empat grand slam tenis kelas dunia yaitu Australian Open (AO) mulai tanggal 14-27 Januari 2019 di Melbourne, Australia. Diberitakan jumlah hadiah uang tunia tahun ini melonjak 14 persen yaitu dari 55,000,000 dolar Australia di tahun 2018 jadi 62,500,000 dolar Australia tahun ini. Jumlah ini setara dengan Rp 629.006.250.000 (dengan kurs dolar Australia Rp 10.064.10). Fantastis.

"Pertarungan" sudah dimulai sejak awal Januari 2019 dengan beberapa turnamen tenis di Australia, seperti MarterCard Hopman Cup di Perth, jelang kejuaraan utama Australia Terbuka yang dilangsungkan di Melbourne. Turnamen ini sudah berlangsung sejak tahun 1905. Di Qatar juga ada turnamen ATP. Ini semua sebagai ajang menjajal kekuatan dan melihat kelemahan lawan jika kelak bertemu di lapangan grand slam.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Turnamen ini tidak main-main karena catatan menunjukkan pada tahun 2018 ditonton oleh 743,667 orang. Maka, perusahaan penerbangan Australia, Qantas, menawarkan paket khusus untuk menonton partai final tanggal 26-27 Januari 2019 selama tiga malam dengan harga 1.919 dolar Australia atau setara dengan Rp 19,6 juta. Kelihatannya harga ini di luar harga tiket masuk ke arena pertandingan.

Harga tiket yang ditawarkan melalui tennis tours untuk menonton petenis pujaan di Australian Open 2019 pada babak penyisihan saja berkisar dari 95-495 dolar Australia (ini setara dengan Rp  970.00-Rp 5,1 juta). Harga ini tergantung dari posisi tempat duduk. Sedangkan tiket babak-babak berikutnya harga terus naik dengan puncak pada final putra yang mencapai 895-1.695 dolar Australia (setara dengan Rp 9,1 juta-17,3 juta)

Turnamen tenis grand slam yang terkenal dengan hadiah puluhan miliar rupiah selain Australia Terbuka ada Roland Garros sebagai Perancis Terbuka (lapangan tanah liat di Paris, Perancis), Wimbledon (lapangan rumput di London, Inggris), dan AS Terbuka (US Open, lapangan keras di New York, AS).

Logo atau simbol grand slam tenis dunia (Sumber: bankexamstoday.com)
Logo atau simbol grand slam tenis dunia (Sumber: bankexamstoday.com)
Ada tiga nama besar yang dalam dua dekade belakangan ini jadi bintang di berbagai kejuaraan tenis kelas dunia yaitu Roger Federer (Swiss), Rafael Nadal (Spanyol), dan Novak Djokovic (Serbia). Di Australian Open tahun ini pun mereka jadi pemain yang diunggulkan.

Salah satu hal yang menonjol dari dunia tenis adalah dominasi petenis putra dan putri dari Eropa daratan dan Eropa timur. Di bagian putra ada Roger Federer, yang sudah memenangkan 20 gelar grand slam. Ada pula Novak Djokovic (14 juara grand slam). Dari Eropa daratan ada Boris Becker (Jerman), Ivan Lendl (asal Ceko yang jadi WN Amerika Serikat), dan Rafael Nadal (17 juara grand slam). Dari Inggris ada Andy Murray yang belakangan jarang muncul karena cedera.

Sedangkan dari AS juga muncul nama-nama berbau imigran, seperti Andre Agassi. Ada pula Pete Sampras dan dulu ada petenis kulit hitam Arthur Ashe. Dari Amerika Latin ada Juan Martin del Potro (Argentina) yang jadi juara pada US Open 2009.

Tahun lalu ada muncul nama berbau Asia asal Korsel yang sampai ke final, seperti Dominci Thiem yang dikalahkan Nadal di Perancis Terbuka 2018. Thiem dan Alexander Zverev merupakan petnis kelahiran tahun 1990-an yang potensial merebut juara grand slam. Selain itu ada juga

[Baca juga: Federer, Petenis Rendah Hati yang Juarai 20 Grand Slam]

Di bagian putri ada peraih golden slam yaitu Steffi Graf (Jerman) selain grand slam juga meraih medali emas olimpiade. Martina Navratilova (Ceko). Martina Hingis (Swiss). Dari Australia juga ada,seperti Evonne Fay Goolagong Cawley. Sedangkan di AS dikenal kakak-beradik yaitu Venus dan Serena Williams. Serena sudah mengantongi 22 grand slam menyamai rekor Steffi tapi Serena tidak punya medali emas tenis olimpiade.

Tahun lalu petenis Jepang Naomi Osaka menumbangkan Serena untuk meraih juara US Open, sebelumnya ada petenis Cina, Li Na. Petenis Indonesia, Yayuk Basuki, pernah sampai babak perempat final di grand slam Wimbledon (1997).

Petenis-petenis putri justru tidak menunjukkan otot karena mereka cantik dan mulus bak pragawati, seperti Maria Sharapova (Rusia) yang juga seorang foto model. Ada pula Ana Ivanovic (Serbia) dan Gabriela Beatriz Sabatini (Argentina) serta wajah Asia Sania Mirza (India).

Maria Sharapova (Sumber: sportingnews.com)
Maria Sharapova (Sumber: sportingnews.com)
Petenis-petenis unggulan itu seakan-akan tidak mengenal lelah ketika bertanding. Yang tampak hanyalah sering meminta handuk untuk menyeka keringat. Dan, tentu saja minum ketika jeda antar game. Ada juga yang mengemil pisang.

Tiga besar petenis putra yaitu Federer (37), Nadal (32), dan Djokovic (31) seakan-akan tidak terpengaruh karena usia. Mereka terus melaju menghadapi petenis muda kelahiran tahun 1990-an, seperti Stan Wawrinka dan Marin Cilic yang sudah pernah juara grand slam.

Apakah ada perbedaan otot, terutama di bahu, antara orang Eropa daratan dan Eropa timur dengan orang Asia? Atau bisa jadi karena peran teknologi kedokteran di bidang olahraga?

Salah hal yang jelas adalah porsi latihan yang terjadi karena tenis jadi bagian dari kehidupan jago-jago tenis sehingga mereka tekun berlatih tanpa harus di-pelatnas-kan.

Jago-jago tua mempunyai kelebihan yang khas, seperti Federer dia tidak membalik badan penuh ketika melakukan backhand, bahunya seakan memutar. Soal tinggi badan tidak jadi masalah untuk tenis.

Bidang kesehatan olahraga Indonesia perlu juga mempelajari struktur tubuh petenis-petenis unggulan dunia, apakah memang khas atau tidak berbeda dengan struktur tubuh orang Indonesia. Negara asal petenis unggulan rata-rata dari negara dengan jumlah penduduk di bawah 50 juta jiwa. Kalau tidak berbeda, pertanyaannya kemudian adalah: Mengapa tidak muncul petenis handal dari negeri yang berpenduduk 250 juta ini?

Direktur CEO turnamen "Australian Open", Craig Tiley, mengatakan Petenis yang berlaga di arena adalah bintang dari turnamen yang membawa penonton memenuhi stadion. Mereka menginspirasi generasi berikutnya untuk mengangkat raket. Kita terus berusaha mendorong mereka semampu mungkin agar bisa menapaki jejak juara.

Apa yang dikatakan oleh Tiley ini patut jadi perhatian orang tua dan pembina olahraga nasional karena tenis menjanjikan hadiah selangit.

Tentu saja diperlukan sarana dan prasarana yang bagus dan terjangkau. Lapangan tenis di Indonesia termasuk 'lapangan mewah' karena harus jadi anggota dan bayar iuran yang tidak kecil. Ada kesan tenis di negeri ini dikuasai oleh borjuis (KBBI: kelas masyarakat dari golongan menengah ke atas) yang terkesan sebagai olahraga glamor (mewah).

Di Manila, Filipina, ada lapangan terbuka yang menyediakan lapangan tenis, voli dan basket gratis. Peminat membawa sendiri peralatan, seperti jaring, dll.

Adalah hal yang mustahil bagi Indonesia untuk mencetak petenis handal kalau untuk latihan saja harus bayar ratusan ribu setiap bulan. Sudah saatnya pemerintah, dalam hal ini Kemenpora RI dan Pelti, dan jajaran pemerintah daerah menyediakan lapangan tenis terbuka karena bisa jadi bibit petenis unggulan dari semua kalangan masyarakat.

Tapi, karena selama ini akses ke cabang olahraga tenis terbatas maka bibit-bibit terpendam itu pun hilang terkubur bersama kemiskinan. *

[sumber: ausopen.com, brilio.net, packages.qantas.com, tennistours.com, wikipedia, dan sumber-sumber lain]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun