Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

AIDS di Riau, Sasar LGBT Abaikan Laki-laki Heteroseksual

20 Desember 2018   21:59 Diperbarui: 20 Desember 2018   22:16 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: robertocrispim.com.br)

Pernyataan di lead ini jelas ngawur karena dalam berita tidak disebutkan jumlah lesbian, gay, biseksual dan transgender. Selama ini angka-angka terkait dengan LGBT bukan dari kalangan LGBT, tapi dari sumber sekunder, bahkan sumber-sumber yang tidak kompeten karena tidak semua kasat mata. Hanya transgender yang kasat mata yang dikenal sebagai waria. Informasi tentang seseorang didapat dari teman atau orang yang mengetahui bahsa di "A" lesbian, si "B" gay, dst.

[Baca juga: LGBT Sebagai Orientasi Seksual Ada di Alam Pikiran]

Disebutkan "Jumlah ini sebanding dengan LGBT yang terjangkit HIV/AIDS". Pernyataan ini jelas salah besar karena tidak ada data yang akurat tentang jumlah kasus HIV/AIDS pada lesbian dengan faktor risiko seks.

Dalam berita disebutkan: Data ini (35 LGBT-pen,) menurutnya diambil dari jumlah penderita yang pengidap HIV/AIDS yang sudah melaporkan diri. Tidak bagi para penderita yang belum terpapar atau hanya menderita HIV.

Pernyataan ini tidak jelas maksudnya. Selama ini kasus HIV/AIDS terdeteksi melalui survailans tes HIV terhadap kalangan tertentu, melalui tes HIV pada penyalahguna narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya), melalui tes pada ibu hamil, melalui skirining HIV pada darah donor di PMI, dan pada pasien yang berobat ke fasilitas kesehatan dengan indikasi penyakit terkait HIV/AIDS.

Pengidap HIV/AIDS yang terdeteksi tidak perlu melapor karena data mereka otomatis sudah ada di fasilitas kesehatan yang melakukan tes HIV, kecuali PMI karena memakai sistem unlinked anonymous (yang dites darah donor bukan donor darah) pada skirining HIV darah donor.

Pernyataan ini lebih ngaco lagi: Tidak bagi para penderita yang belum terpapar atau hanya menderita HIV.

Orang-orang yang tertular HIV tidak otomatis menderita sehingga pernyataan di atas salah. Orang-orang yang sudah terdeteksi mengidap HIV/AIDS melalui tes HIV sesuai dengan standar prosedur operasi yang baku sudah jelas terpapar HIV.

Di saat epidemi HIV/AIDS sudah ada di depan pintu, apakah kita masih harus berkutat dengan segudang mitos (anggapan yang salah) yang hanya mengedepankan sensasi?

Yang diperlukan adalah informasi yang akurat tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS agar setiap orang bisa melindungi diri dari risiko tertular dan menularkan HIV/AIDS.

Tanpa informasi yang akurat, maka banyak orang yang tidak menyadari perilaku seksualnya berisiko tertular HIV sehingga mereka jadi mata rantai penyebar HIV di masyarakat sebagai 'bom waktu' yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS'. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun