Langkah Saudara tepat yaitu menjalani tes HIV karena mau menikah. Tapi, ingat tes HIV bukan vaksin.
(1) dan (2). Perilaku Saudara tidak termasuk berisiko tinggi. Persoalannya ada pada diri dan dan kejujuran Saudara, apakah sejak ke panti pijat itu Saudara tidak pernah melakukan perilaku seksual yang berisko tertular HIV?
Kalau tidak pernah maka hasil tes di Puskesmas itu sudah valid karena sudah lebih dari tiga bulan sejak dionani. Soalnya, tes HIV akurat kalau dilakukan setelah tiga bulan perilaku berisiko.
Tapi, kalau jawabannya pernah apalagi belum tiga bulan ketika tes HIV di Puskesmas, maka hasil tes itu bisa negatif palsu (HIV ada di darah tapi hasil tes nonreaktif). Tidak jelas apakah tes HIV di Puskesmas itu dilakukan tes konfirmasi. WHO menganjurkan setiap hasil tes HIV harus dikonfirmasi dengan tes lain, seperti Western Blot atau dengan ELISA tidak kali tapi dengan reagenr dan teknik yang berbeda.
(3). Hasil tes HIV hanya berlaku sampai darah diambil untuk tes. Setelah tes HIV bisa saja tertular HIV karena tes HIV bukan vaksin jika Saudara al. melakukan perilaku seksual berisko tertular HIV.
(4). Dalam keringat orang yang mengidap HIV/AIDS ada (virus) HIV tapi konsentrasinya kecil sehingga tidak bisa jadi media penularan HIV. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H