Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan featured

Talkshow Kecelakaan Pesawat Terbang, Spekulasi Jadi Berita

30 November 2018   09:40 Diperbarui: 10 Januari 2021   14:36 4547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kecelakaan pesawat. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

Tim SAR sedang sibuk mencari dan menyelamatkan korban kecelakaan pesawat terbang Lion Air JT 610 dengan registrasi PK-LQP penerbangan Bandara Soekarno-Hatta ke Pangkal Pinang, Bangka Belitung (29/10-2018) yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat. 

Media, terutama media online dan media elektronik, dalam hal ini Stasiun Televisi, pun sibuk menyebarkan berita dan melangsungkan talkshow seputar kecelakaan itu.

Apa yang diberitakan dan isi talkshow?
Semua hanya spekulasi yang melibatkan narasumber dari berbagai pihak terkait dengan dunia penerbangan. Di stasiun televisi National Geographic ada siaran khusus tentang investigasi kecelakaan pesawat terbang. 

Materi siaran berpijak pada hasil investigasi dan analisis ahli berdasarkan rekamanan CVR (cockpit voice recorder) dan FDR (flight data recorder), melihat puing-puing pesawat, mengunjungi pabrik dan bengkel perawatan, wawancara dengan pihak terkait, dll.

Hal itu ibarat bumi dan langit jika dikaitkan dengan berita dan talkshow kecelakaan Lion Air JT 610. Maka, amatlah mengena ketika berita dan talkshow pada tahap investigasi yang dilakukan oleh KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) meminta agar media lebih bijak. 

Investigator Keselamatan Penerbangan KNKT, Ony Soerjo Wibowo berharap selama investigasi berlangsung media bijak dalam menyampaikan pemberitaan (KNKT Minta Media Lebih Bijak, Kompas, 30/11-2918).

Beberapa laporan yang diikuti penulis di Sta TV NatGeo itu benar-benar memberikan gambaran riil tentang (penyebab) kecelakaan pesawat terbang. 

Bahkan, kecelakaan Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak ( 9/5-2012) sangat jelas dibeberkan sesuai dengan fakta berdasarkan analisis rekaman CVR dan FDR dan investigasi lokasi serta puing pesawat terbang. Tim investigasi juga mengunjungi pabrik pembuat pesawat terbang dan bengkel perawatan milik perusahaan penerbangan terkait.

Ilustrasi: Penyidik dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (The National Transportation Safety Board/NTSB) AS, meneliti puing pesawat Asiana Airlines Nomor Penerbangan 214 yang jatuh dekat Bandara San Francisco, AS, 6/7-2013, yaitu Boeing 777-200ER yang membawa 307 penumpang dan awak (Sumber: wcpo.com/Courtesy NTSB).
Ilustrasi: Penyidik dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (The National Transportation Safety Board/NTSB) AS, meneliti puing pesawat Asiana Airlines Nomor Penerbangan 214 yang jatuh dekat Bandara San Francisco, AS, 6/7-2013, yaitu Boeing 777-200ER yang membawa 307 penumpang dan awak (Sumber: wcpo.com/Courtesy NTSB).
Kecelakaan yang dialami oleh pesawat terbang Air Midwest jenis turboprop Beechcraft 1900D dengan nomor penerbangan 5481 yang melayani penerbangan berjadwal di Ame8rika Serikat dari Charlotte Douglas International Airport, North Carolina ke Greenville-Spartanburg International Airport, South Carolina tanggal 8 Januari 2003.

Kalau kecelakaan terjadi di Indonesia media massa dan media online pun ramai meramu informasi dari berbagai pihak. Setelah lepas landas hidung pesawat terbang itu menjulang bukan mendatar. 

Nah, kalau tidak ada analissis dan investigasi tentulah berbagai perkiraan dan dugaan yang akhirnya jadi spekulasi. Padahal, penyebabnya adalah muatan yang berlebihan karena salah hitung.

[Baca juga: Cegah Kecelakaan Penerbangan, Timbang Juga Barang Bawaan ke Kabin]

Langkah dalam mencari penyebab kecelakaan pesawat terbang, dalam hal ini dilakukan oleh KNKT, adalah dengan menganalisis rekaman data penerbangan (FDR) yang disebut kotak hitam (black box) biar pun warnanya oranye. 

Investigasi KNKT untuk menguak tabir penyebab kecelakaan Lion Air PK-LPQ terhadang karena CVR yang merekam suasana dan pembicaraan di kokpit serta komunikasi pilot dengan menara pengawas.

Dalam situasi itu tentulah tidak bijak media menulis berita dan melakukan talkshow hanya berdasarkan pengalaman dan pengetahuan narasumber terkait. Bertolak dari kecelakaan Air Midwest 5481 tentu ada anggapan ketidakmampuan pilot dan kopilot mengendalikan pesawat, padahal penyebabnya di luar jangkauan mereka.

Bahkan, media massa dan media online yang juga diikuti media sosial dengan gegabah menyiarkan gambar-gambar kartu identitas dan barang-barang pribadi milik korban yaitu penupang Lion Air JT 610. 

Padahal, dari aspek jurnalistik kartu identitas dan barang-barang pribadi merupakan fakta privat yang hanya boleh disiarkan dengan izin ybs.

[Baca juga: Gegabah, Televisi Siarkan Gambar Kartu Identitas dan Barang Pribadi Korban Lion Air JT 610]

Begitu pula dengan Lion Air JT 610 ada masalah teknis dan non-teknis yang jadi pemicu kecelakaan. Jika berita dan talkshow hanya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman, maka itu artinya ada spekulasi yang bisa menyalahkan pilot dan kopilot. 

Kasihan mereka yang berjuang menyelamatkan ratusan nyawa dan mereka sendiri jadi korban ternyata jadi objek spekulasi. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun