*Asupan nutrisi yang cukup pada 1000 Hari Pertama Ananda jadi kunci cegah malnutrisi
Awal perjalanan hidup seseorang berawal dari 1000 hari pertama kehidupan (HPK) yaitu mulai dari kandungan (270 hari) sampai masa anak-anak pada usia 2 tahun (730 hari).Â
Pada masa 1000 Hari Pertama Ananda ini merupakan masa emas yang akan tergantung pada pemberian nutrisi mulai dari air susu ibu (ASI), makanan pendamping ASI (MPASI) dan makanan dengan kandungan nutrisi di masa anak-anak.
Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, anak mudah sakit dan memiliki postur tubuh yang tidak maksimal saat dewasa sehingga kemampuan kognitif  berkurang. Pada akhirnya stunting pada balita akan mengakibatkan kerugian besar bagi negara karena potensi anak-anak dengan stunting yang sangat rendah di masa dewasa.
Stunting merupakan kegagalan pertumbuhan fisik dan otak pada anak di masa 1000 Hari Pertama Ananda. Ini terjadi karena asupan nutrisi yang kurang sejak di kandungan sampai masa 2 tahun. Anak-anak dengan stunting lebih pendek dari anak-anak seusianya, sering sakit dan lambat dalam berpikir.
Laporan Bappenas menyebutkan masalah gizi buruk terjadi di seluruh wilayah nusantara dan lintas kelompok pendapatan. Itu artinya stunting yang disebabkan oleh gizi buruk bukan hanya dialami oleh masyarakat miskin, tapi juga di kalangan menengah dan atas.
Penyebab utama dari gizi buruk adalah pemahaman masyarakat yang salah tentang kebutuhan nutrisi pada 1000 Hari Pertama Ananda. Stunting tidak semata-mata karena ketidakmampuan membeli makanan bergizi, tapi informasi tentang 1000 Hari Pertama Ananda yang tidak tersebar luas.Â
Pola pengeluaran untuk konsumsi keluarga, di kalangan menengah ke bawah misalnya banyak yang lebih mementingkan rokok dan pulsa daripada membeli ikan dan daging. Sedangkan di kalangan menengah ke atas keragaman makanan yang tidak bervariasi dan hanya terpaku pada jenis-jenis makanan yang enak tapi tidak mengandung nutrisi yang baik.
Di kalangan masyarakat miskin hal itu terjadi karena akses terhadap makanan bergizi yang sangat rendah karena kemampuan keuangan yang rendah. Sedangkan di kalangan masyarakat menengah ke atas malnutrisi pada 1000 Hari Pertama Ananda terjadi karena asupan vitamin dan mineral yang rendah, al. karena sumber protein hewani yang kecil serta ragam pangan yang tidak variatif. Laporan Kemenkes RI menyebutkan 7 dari 10 balita kurang kalori, serta 5 dari 10 balita kurang protein (depkes.go.id, 24/5-2018).
Pola pemberikan makan pada 1000 Hari Pertama Ananda yang tidak memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi dan anak menyebabkan stunting. ASI hanya bisa memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sampai umur 6 bulan. Kandungan ASI juga sangat tergantung pada makanan ibu. Laporan Kemenkes RI menyebutkan 1 dari 5 ibu hamil kurang gizi, 7 dari 10 ibu hamil kurang kalori dan protein (depkes.go.id, 24/5-2018).
Di tahun 1980-an banyak kasus kematian pada bayi karena diare yang disebabkan pemberian susu kental manis. Ibu-ibu dari kalangan masyarakat miskin menganggap cara yang baik untuk meningkatkan pertumbuhan bayi adalah dengan memberikan susu kental manis. Tentu saja ini terbalik. Yang harus makan makanan bergizi bukan bayi tapi ibu untuk meningkatkan kandungan nutrisi pada ASI. Maka, yang minum susu adalah ibu bukan bayi.
Sejalan dengan upaya mencegah malnutrisi agar kecukupan nutrisi atau gizi pada 1000 Hari Pertama Ananda terpenuhi, maka perlu makan makanan yang bergizi dari sayuran, kacang-kacangan dan protein hewani serta kualitas air minum yang baik serta sanitasi.
Tidak perlu membeli sayuran dan sumber protein hewani impor karena yang lokal juga cukup baik. Kandungan Omega 3 ikan kembung justru lebih tinggi daripada ikan salmon, tapi kalangan menengah ke atas tergoda iklan dan gaya hidup sehingga memilih ikan salmon. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H