Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Cegah Malnutrisi untuk Tingkatkan Tumbuh Kembang Anak

5 November 2018   05:03 Diperbarui: 5 November 2018   16:03 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.klikdokter.com

Di tahun 1980-an banyak kasus kematian pada bayi karena diare yang disebabkan pemberian susu kental manis. Ibu-ibu dari kalangan masyarakat miskin menganggap cara yang baik untuk meningkatkan pertumbuhan bayi adalah dengan memberikan susu kental manis. Tentu saja ini terbalik. Yang harus makan makanan bergizi bukan bayi tapi ibu untuk meningkatkan kandungan nutrisi pada ASI. Maka, yang minum susu adalah ibu bukan bayi.

Ilustrasi (Sumber: westerncape.gov.za)
Ilustrasi (Sumber: westerncape.gov.za)
Setelah bayi berumur 6 bulan kandungan ASI tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sehingga diperlukan MPASI. Itu artinya bayi mulai diperkenalkan dengan makanan padat tapi bukan sebagai pengganti ASI sehingga tidak diberikan dalam jumlah yang banyak. Pilihan makanan untuk MPASI juga harus sesuai dengan kemampuan bayi, al. tekstur dan rasa yang disukai bayi.

Sejalan dengan upaya mencegah malnutrisi agar kecukupan nutrisi atau gizi pada 1000 Hari Pertama Ananda terpenuhi, maka perlu makan makanan yang bergizi dari sayuran, kacang-kacangan dan protein hewani serta kualitas air minum yang baik serta sanitasi.

Tidak perlu membeli sayuran dan sumber protein hewani impor karena yang lokal juga cukup baik. Kandungan Omega 3 ikan kembung justru lebih tinggi daripada ikan salmon, tapi kalangan menengah ke atas tergoda iklan dan gaya hidup sehingga memilih ikan salmon. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun