Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

AIDS di Kota Bogor, Pencegahan Infeksi HIV Baru Tanpa Program Konkret

2 November 2018   19:05 Diperbarui: 2 November 2018   19:08 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustasi (Sumber: empowermentprogram.org)

(4). Laki-laki heteroseksual yang sering melakukan hubungan seksual dengan waria dengan kondisi waria tidak memakai kondom. Studi di Surabaya (1990-an) menunjukkan laki-laki heteroseksual jadi 'perempuan' yang dianal (disebut ditempong) oleh waria yang berperan sebagai 'laki-laki' (disebut menempong). Kondisi ini membuat laki-laki heteroseksual berisiko tinggi tertular HIV/AIDS. Laki-laki ini jadi jembatan penyebaran HIV dari kominitas waria ke masyarakat. Yang punya istri akan menularkan HIV ke istrinya, jika istrinya tertular maka ada pula risiko penularan vertikal ke bayi yang dikandungnya terutama pada saat persalinan dan menyusui dengan ASI;

(5). Laki-laki biseksual (heteroseksual dan homoseksual) yang sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan perempuan yang berganti-ganti di dalam dan di luar nikah, denan PSK langsung, dengan PSK tidak langsung, dengan gay dan dengan waria. Laki-laki biseksual jadi jembatan penyebaran HIV dari kominitas PSK, gay dan waria ke masyarakat. Yang punya istri akan menularkan HIV ke istrinya, jika istrinya tertular maka ada pula risiko penularan vertikal ke bayi yang dikandungnya terutama pada saat persalinan dan menyusui dengan ASI.

Yang diperlukan adalah langkah yang konkret untuk mengatasi perilaku-perilaku di atas agar insiden infeksi HIV baru bisa dikurangi, sekali lagi hanya bisa dikurangi karena mustahil menghentikan insiden infeksi HIV baru (zero new infection). Tidak mungkin Pemkot Kota Bogor bisa mengawasi perilaku seksual semua warga dewasa.

Dengan sosialisasi adalah mustahil menghentikan warga Kota Bogor melakukan perilaku berisiko tertular HIV/AIDS karena memerlukan waktu yang lama untuk mengubah perilaku. Selain itu informasi tentang HIV/AIDS pun sering pula dibumbui dengan norma, moral dan agama sehingga yang ditangkap masyarakat hanya mitos (anggapan yang salah).

[Baca juga: Tertular HIV karena Termakan Mitos "Cewek Bukan PSK"]

Misalnya, informas HIV/AIDS yang selalu mengaitkan penularan HIV dengan hubungan seksual di luar nikah, seperti melacur, zina, 'seks bebas', dll. Ini mitos karena penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual (bisa) terjadi  di dalam dan di luar nika (sifat hubungan seksual) kalau salah satu atau dua-duanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidakpakai kondom setiap kali lakukan seks (kondisi hubungan seksual).

Untuk itu diperlukan intervensi terhadap perilaku berisiko di atas yaitu menerapkan program advokasi agar laki-laki selalu memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual berisiko. Tapi, secara faktual yang perilaku nomor 3 b. Tapi, ini juga hanya bisa dilakukan jika praktek PSK langsung dilokalisir. Sedangkan perilaku yang lain, yaitu nomor 1, 2, 3 a, 4 dan 5 tidak bisa diintervensi.

Maka, insiden infeksi HIV baru akan terus terjadi terhadap warga Bogor yang melakukan perilaku-perilaku berisiko di atas. Itu artinya penyebaran HIV/AIDS terus-menerus terjadi bagaikan 'bom waktu' yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS'. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun