Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

AIDS di Jawa Barat, LSL sebagai Jembatan Penyebaran HIV/AIDS

31 Oktober 2018   15:21 Diperbarui: 31 Oktober 2018   15:24 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: axios.com)

Ngeriii... Ada 1.500 Mangkal LSL Jabar. Ini judul berita di jp-news.id (31/10-2018). Judul ini sensasional dan bombastis. Selain itu dalam berita sama sekali tidak dijelaskan kaitan LSL ini dengan epidemi HIV/AIDS di Jabar.

Provinsi Jawa Barat ada di peringkat ke-4 dalam jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS secara nasional yaitu sebanyak 37.885 yang terdiri atas 31.293  HIV dan 6.592  AIDS.

Yang perlu diingat adalah jumlah yang dilaporkan ini tidak menggambarkan jumlah kasus yang sebenarnya di masyarakat karena epidemi HIV erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Angka yang dilaporkan (37.885) digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut.

Disebutkan oleh Ketua Komisi Penanggulangan HIV/AIDS  (KPA) Provinsi Jawa Barat, Iman Tedjarachmana: "Jadi data sebanyak 23 ribu LSL itu hasil pemetaan di Jawa Barat dan itu masih angka estimasi belum validasi. LSL itu bukan gay, tapi yang suka perempuan dan lelaki juga."  

Dengan batasan yang disebut Iman tentang LSL, berarti mereka itu adalah biseksual yaitu laki-laki atau perempuan yang tertarik secara seksual kepada lawan jenis dan yang sejenis. Tapi, ada kesan LSL itu adalah gay yang diperkuat dengan ilustrasi foto yaitu dua laki-laki berpelukan yang selalu dikaitkan dengan gay (laki-laki yang secara seksual hanya tertarik kepada laki-laki).

Berita hanya mengumbar sensasi tentang tempat mangkal LSL dan waria. Seperti disebutkan oleh Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, para LSL ini pun menjadi salah satu penyumbang terbesar angka orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di Jawa Barat dan masih banyak di antaranya yang tidak menyadari bahaya penyebaran virus tersebut untuk masa depan bangsa.

Tapi, tidak ada penjelasan mengapa dan bagaimana LSL sebagai penymbang terbesar angka kasus HIV/AIDS di Jabar. Apa kemudian yang diharapkan masyarakat dari berita seperti ini?

Kalau saja wartawan yang menulis berita ini tidak terpaku pada sensasi, maka yang dilakukan adalah mencari kaitan riil LSL dengan epidemi HIV/AIDS di Jabar. Dengan berpegangan pada pernyataan Iman tentulah bisa ditulis berita yang bermanfaat dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS.

Misalnya, dari aspek epidemiologi HIV/AIDS biseksual merupakan jembatan penyebaran HIV/AIDS dari komunitas LSL ke masyarakat dan sebaliknya, terutama kepada istri. Celakanya, ada laki-laki yang beristri lebih dari satu sehingga menambah jumlah perempuan yang berisiko tertular HIV/AIDS.

Tapi, Wagub Uu Ruzhanul juga tidak adil karena tidak memberikan perbandingan sumbangan kasus dari kalangan heteroseksual. Laki-laki dewasa dari kalangan heteroseksual ada yang sering melakukan hubungan seksual yang berisiko tertular HIV/AIDS yaitu:

(a) laki-laki dewasa yang sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti di Jabar, di luar Jabar atau di luar negeri, dan

(b) laki-laki dewasa yang sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan pekerja seks komersial (PSK) di Jabar, di luar Jabar atau di luar negeri.

Di bagian lain Wagub Uu Ruzhanul mengatakan: "Di sinilah peran masyarakat untuk berperan aktif mendeteksi dan merangkul mereka supaya tidak melakukan berbagai penyimpangan, termasuk kaum LGBT karena sekitar 70 persen orang yang hidup dengan HIV dan AIDS ada di usia produktif."

Soal usia produktif banyak tertular HIV/AIDS adalah realitas sosial sebagai fakta di social settings karena pada rentang usia itulah dorongan seks atau libido menggebu-gebu dan yang bekerja punya uang untuk membeli seks.

Persoalan besarnya adalah informasi tentang penularan dan pencegahan HIV/AIDS tidak akurat karena selalu dibalut dengan norma, moral dan agama sehingga yang sampai ke masyarakat hanya mitos (anggapan yang salah). Misalnya, disebutkan penularan HIV melalui PSK padahal ini mitos karena penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena dilakukan dengan PSK tapi karena kondisi hubungan seksual.

[Baca juga: Tertular HIV karena Termakan Mitos "Cewek Bukan PSK"]

Sedangkan penyebutan lesbian pada LGBT terkait dengan HIV/AIDS adalah hoax atau informasi palsu karena tidak ada kasus HIV/AIDS dengan faktor risiko seks lesbian. Ini terjadi karena pada seks lesbian tidak ada seks penetrrasi.

Di bagian lain disebutkan: Uu menuturkan angka warga LSL yang tercatat hanya sebagian kecil dari kenyataannya dan bahkan cenderung tersembunyi.

LSL tidak kasat mata. Dalam kasus LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender) yang kasat mata hanya transgender yang lebih dikenal sebabagai waria.

[Baca juga: LGBT, Hanya Waria yang Kasat Mata]

Selain LSL yang mengkhawatirkan adalah laki-laki dewasa yang jadi pelanggan PSK. Hanya saja Wagub Uu mungkin menampik hal ini dengan mengatakan: Di Jawa Barat tidak ada lokalisasi pelacuran!

Itu memang benar, Pak Wagub Uu. Tapi, apakah Pak Wagub Uu bisa menjamin di Jawa Barat tidak ada transaksi seks dalam bentuk pelacuran?

Tentu saja tidak bisa!

Maka, salah satu langkah yang efektif untuk menurukan, sekali lagi hanya bisa menurunkan, insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa adalah dengan melakukan intervensi agar mereka selalu memakai kondom setiap kali seks dengan PSK.

Yang jadi masalah adalah intervensi hanya bisa dilakukan jika praktek PSK dilokalisir, sedangkan sejak reformasi semua tempat pelacuran yang dijadikan resosialisasi ditutup. Sedangkan transaksi seks yang terjadi sekarang tidak bisa dijangkau karena terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu dengan berbagai modus bahkan memakai alat telekomunikasi, seperti ponsel pintar, dan media sosial.

Maka, insiden infeksi HIV pada laki-laki warga Jabar pelanggan PSK akan terus terjadi yang di masyarakat akan menyebar bagaikan 'bom waktu' yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS'. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun