Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Serial Santet #32 | Lintah Menarik Racun Santet dari Tubuh

17 September 2018   22:02 Diperbarui: 17 September 2018   22:27 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bintik-bintik hitam adalah tempat racun yang menghambat aliaran darah (Dok Pribadi)

Bintik-bintik hitam adalah tempat racun yang menghambat aliaran darah (Dok Pribadi)
Bintik-bintik hitam adalah tempat racun yang menghambat aliaran darah (Dok Pribadi)
Dikabarkan bahwa lintah medis Eropa, hirudo medicinalis, sudah lama dipakai untuk mengeluarkan darah (plebotomi) secara medis. Lintah (Hirudinea) yang hidup di air menempel di permukaan kulit akan menyuntikkan enzim dan senyawa berwarna putih. Selanjutnya lintah akan menghisap darah. Darah yang dihisap lintah encer dan berwarna cerah. Setelah 'kenyang' lintah akan lepas sendiri dari permukaan kulit. Tampaknya, yang disebot lintah bukan 'darah kotor', tapi zat-zat asing yang ada di darah.

Selain melayani terapi lintah Pak Caca juga menjual lintah, minyak lintah, dll. Lintah juga dijadikan umpan pancing. "Saya dapat lintah dari Banten," kata Pak Caca yang sudah melakoni pekerjaannya itu sejak tahun 1995. Dia tinggal di Bekasi Utara. Setiap hari pakai KRL ke tempatnya mangkal.

Ya, biarlah ada noda yang penting racun sudah disedot lintah. "Noda itu sengaja agar kaki Bapak jelek," kata Bu Haji, di Pandeglang, Banten, yang juga mengobati saya. Mereka, orang-orang yang sekongkol membayar dukun untuk menyantet saya rupanya ingin agar kaki saya jelek penuh dengan noda.

Saya juga bingung apa yang mereka inginkan karena 'status' sebagai tumbal untuk pesugihan sudah putus. Agaknya, mereka marah besar karena aib keluarga sebagai 'pemuja setan' yang memelihara buto ijo sebagai 'sumber kekayaan' saya bongkar. Yang saya lakukan adalah melindungi saya sendiri dan dua anak saya yang dijadikan sebagai tumbal nomor 9, 10 dan 11.

Dalam dunia pesugihan tumbal tidaklah orang sembarangan karena ada kriteria tertentu sesuai dengan permintaan makhluk yang dipelihara sebagai 'pencari kekayaan'. Nah, kalau saya membela diri dan anak-anak dan ulah mereka mencari kekayaan dengan cara bersekutu dengan iblis terbongkar, mengapa saya lagi yang jadi sasaran kebencian?

Gambar kiri pertama kali terapi lintah, betis dan mata kaki bengkak. Setelah beberapa kali terapi lintah betis dan mata kaki sudah normal tapi penuh dengan noda hitam yang merupakan bekas-bekar racun santet (Dok Pribadi)
Gambar kiri pertama kali terapi lintah, betis dan mata kaki bengkak. Setelah beberapa kali terapi lintah betis dan mata kaki sudah normal tapi penuh dengan noda hitam yang merupakan bekas-bekar racun santet (Dok Pribadi)
Saya tidak pernah meminta sesuatu kepada mereka. Saya tidak ada urusan apa pun dengan mereka. Itu yang jadi masalah besar. "Ya, Bapak 'kan orang baik," kata Bu Haji memberikan alasan mengapa saya dan dua anak saya mereka pilih jadi tumbal atau wadal untuk mencari kekayaan dengan cara bersekutu dengan setan.

Kembali ke lintah. Informasi di Internet bertebaran tentang manfaat terapi lintah. Namun, sekali lagi saya menjalani terapi lintah bukan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit dimaksud jika ada pada diri saya. Soalnya, penyakit-penyakit yang disebut bisa disembuhkan dengan terapi lintah adalah fakta medis sehingga kalau dengan terapi lintah disebut sembuh maka harus diuji secara medis.

Berbeda dengan yang saya lakukan bukan untuk pengobatan penyakit tertentu, tapi untuk menarik racun santet yang tertinggal di tubuh. (wawancara dengan Pak Caca dan dari berbagai sumber). *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun