Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

"Tidak Ada Penularan HIV Baru di Jawa Tengah" Hanya Sebatas Slogan

14 September 2018   09:08 Diperbarui: 14 September 2018   09:36 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2.274 Orang Terpapar HIV/AIDS di Jateng, Penularan Didominasi Hubungan Seks. Ini judul berita di news.okezone.com (7/9-2018). Ada beberapa hal yang jadi persoalan besar dari judul berita ini.

Angka ini adalah jumlah yang terdeteksi pada priode Januari-Juni 2018. Sedangkan secara kumulatif jumlah kasus HIV/AIDS di Jawa Tengah mulai 1993 sampai Juni 2018 dilaporkan 23.603 yang terdiri atas 13.035 HIV dan 10.568 AIDS dengan 1.672 kematian.

Pertama, pemakaian kata 'terpapar' jelas tidak pas karena terpapar, dalam kontek HIV/AIDS, berarti virus (HIV) kena ke permukaan kulit. Dalam kaitan berita ini penularan HIV/AIDS terjadi melalui hubungan seksual bukan karena darah pengidap HIV/AIDS terkena ke permukaan kulit.

Kedua, pemakaian kata 'dominasi' juga tidak tepat karena dalam KBBI disebut dominasi adalah penguasaan oleh pihak yang lebih kuat terhadap yang lebih lemah (dalam bidang politik, militer, ekonomi, perdagangan, olahraga, dan sebagainya). Maka, yang tepat adalah 'penularan terbanyak melalui hubungan seksual'.

Ketiga, yang perlu dipersoalkan adalah mengapa banyak kasus penularan melalui hubungan seksual? Sayang, wartawan dan narasumber berita ini tidak membahas hal ini. Ada kesan lebih tertuju pada sensasi.

Keempat, adalah hal yang wajar penularan HIV/AIDS terbanyak melalui hubungan seksual karena: (a) banyak yang melakukan, dan (b) banyak yang tidak menerapkan seks aman.

Kelima, jumlah kasus yang dilaporkan, dalam hal ini 2.274, tidak menggambarkan kasus HIV/AIDS yang sebenarnya ada di masyarakat karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Kasus yang terdeteksi (2.274) digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan ari laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut.

Kalau saja wartawan yang menulis berita ini lebih arif, maka yang dibahas adalah: mengapa banyak warga yang tertular HIV melalui hubungan seksual?

Pembahasan aspek ini juah lebih bermanfaat daripada memunculkan angka dan pernyataan yang tidak memberikan pencerahan kepada masyarakat.

Misalnya, jumlah kematian terkait dengan HIV/AIDS yaitu 1.672. Kematian pada pengidap HIV/AIDS terjadi di masa AIDS yang secara statistik terjadi antara 5-15 tahun setelah tertular HIV. Artinya, sebelum mereka ini meninggal tanpa mereka sadari mereka sudah menularkan HIV ke orang lain, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Andaikan ada 1 PSK yang meninggal karena penyakit terkait HIV/AIDS, maka sudah ratusan bahkan ribuan laki-laki yang berisiko tertular HIV melalui hubungan seksual tanpa kondom. Nah, kalau saja dalam berita dijelaskan bahwa dari 1.672 pengidap HIV/AIDS yang meninggal ada PSK, maka berita pun menjelaskan agar laki-laki yang pernah seks dengan PSK segera menjalani tes HIV karena ada risiko tertular HIV.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun