Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Yang Luput dari Tragedi KM Sinar Bangun, Mengapa Tidak Ada Panggilan "SOS"?

5 Juli 2018   05:49 Diperbarui: 6 Juli 2018   05:35 2323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (nationalgeographic.com)

Apalagi angkutan laut taat asas mengirim informasi secara rutin tiap tiga jam tentang posisi kapal setiap tiga jam tentulah lebih mudah didekati dan dicari oleh kapal-kapal lain dan tim SAR.

Kode "SOS"  berupa sinyal Morse diidentifikasi sebagai  Save Our Ship, Save Our Souls, Survivors On Ship, Save Our Sailors, Stop Other Signals, dan Send Out Sailors. Sinyal Morse ini merupakan panggilan darurat ketika kapal mengalami kecelakaan dalam pelayaran.

Sinyal "SOS" adalah kode Morse, lebih dikenal sebagai telegram, berupa * * * - - - * * * tiga ketukan (S), tiga ketukan panjang (O) dan tiga ketukan (S). Kode ini pertama kali dipakai oleh Jerman pada tanggal 1 April 1905 yang kemudian diadopri secara internasional sebagai standar sinyal bahaya untuk meminta pertolongan pada tanggal 3 November 1906.

Sejalan dengan perkembangan teknologi telekomunikasi, sinyal "SOS" dengan kode Morse dinilai tidak efektif dikirimkan melalui komunikasi radio. Selanjutnya dipakai sinyal tanda bahaya dengan menyebutkan Mayday (kata ini berasal dari bahasa Perancis m'aidez yang artinya tolong aku). Kata ini diulang beruntun tiga kali "mayday mayday mayday" yang menandakan panggilan darurat bahaya untuk meminta pertolongan.

Untuk mencegah penyalahgunaan kata Mayday ada negara yang membuat regulasi berupa tindakan hukum bagi yang menyalahgunakan panggilan darurat tsb. (dari berbagai sumber). *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun