Celakanya, pelampung di perahu dan boat yang beroperasi di Waduk Saguling ketika itu hanya satu dua ban dalam mobil. Tentu saja ini tidak akan cukup.
Kita ke Danau Toba. Tidak jelas apakah ada sertifikasi perahu bermotor dan kapal yang mengangkut penumpang di perairan danau itu, berupa: jenis atau tipe mesin penggerak, spesifikasi perahu dan kapal sesuai dengan air tawar, jumlah pelampung di setiap perahu dan kapal, sertifikasi awak perahu dan kapal, dst.
Dengan menambah dek dua sampai tiga lantai, apakah diperhitingkan kesimbangan kapal jika ada gelombang atau angin? Selainitu penumpang kapal selal mimiih di dek atas yang membuat keseimbangan kapal terganggu. Perlu standardisasi bagnungan kapal yang berlayar di Danau Toba.
Bisa saja setelah KM Sinar Bangun tenggelam (18/6-2018) yang membawa duka bagi keluarga 200 penumpang yang hilang instansi terkait baru kelabakan.
Ke mana aje selama ini, Pak Ketua?
Kapal itu berlayar sore hari dari Pelabuhan Simanindo (Samosir) menuju Pelabuhan Tigaras (Simalungun). Sekitar 30 menit setelah berlayar kapal dikabarkan dihantam angin kencang dan gelombang tinggi.
Apakah syahbandar di dua pelabuhan itu tidak mempunyai data prakiraan cuaca? Tidak juelas karena kalau ada data tentulah kapal itu tidak diizinkan berlayar karena prakiraan cuaca bisa mengetahui kondisi cuaca satu atau dua jam ke depan. Angin kencang itu 'kan tidak ujug-ujug datang karena ada tanda yang bisa dipantau.
Selanjutnya, mengapa penumpang tidak memakai pelampung ketika kapal berlayar? Atau, apakah di kapal itu tersedia pelampung sesuai dengan jumlah penumpang?
Pelampung merupakan standar sehingga harus ada di setiap kapal. Tidak ada kaitan antara takut dan pelampung. Takut atau tidak takut pelampung harus dipakai.Â
Kok bisa kapal berlayar dengan jumlah penumpang yang melebih kapasitas dan tanpa manifes serta tidak mempunyai pelampung yang cukup?
Dalam kesempatan wawancara dengan Mas Ton ketika itu dia mengatakan bahwa perlu edukasi yang komprehensif kepada masyarakat tentang perbedaan "budaya darat" dan "budaya air" ketika warga bersentuhan dengan transportasi air.