Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

Pasal Santet dalam RUU KUHP, Jeratlah (Orang) yang Bayar Dukun Santet

9 Juni 2018   22:14 Diperbarui: 10 Juni 2018   09:19 3516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalnya, di pertengahan tahun 1990-an ada datang seorang laki-laki pakai peci hitam ke rumah yang dikenalkan sebagai "ustad Soma". Ada keluarga yang mengatakan bahwa, "Dik, ini Ustad Soma mau bikin pagar rumah."

Kain Kafan

Saya tidak berpikir panjang karena dalam pikiran saya tentulah yang akan dia kerjakan sesuai dengan ajaran agama karena dia tokoh agama.

Tapi, beberapa hari kemudian pembantu di rumah mengatakan bahwa Pak Ustad dan keluarga menanam sesuatu di pojok ruang kerja saya dan di halaman belakang rumah. Ternyata benar ada gundukan semen yang masih basah di salah satu pojok ruangan di bagian utara.

Bongkahan itu menutupi kain putih, seperti kain kafan mayat karena sudah berbalut tanah, yang membungkus telur ayam, paku, jarum, gabah, dll. Waktu itu saya bungkusan itu saya buang ke tong sampah, sedangkan yang dihalaman belakang tidak bisa saya temukan. Belakangan 'tanaman-tanaman'lain yang ditanam "Ustad Soma" ditarik oleh orang pintar dari Banten.

Ternyata kain putih itu adalah kain kafan orang yang bunuh diri. Maka, tidak heran kalau kuburan orang-orang tertentu, seperti bayi, perawan, bunuh diri, dll. Sering dibongkar untuk mengambil kain kafan dan bagian-bagian badan tertentu untuk keperluan santet.

Sejak itu saya dan dua anak saya sakit-sakitan terus. Semua metode pengobatan medis, bahkan saya kedokteran nuklir, sudah saya jalani tapi penyakit tidak juga sembuh. Misalnya, nyeri di bawah mata kaki kiri. Nyeri di dengkul. Batang leher kaku seperti ada kayu atau besi yang menopang leher. Batuk. Bersin terus-menerus, dll. Dokter pun angkat tangan.

Berkat puasa sunat dan amalan lain ada semacam bisikan agar saya pergi 'ke kulon' (ini ternyata ke Banten). Alhamdulillah, setelah dibantu dua orang pintar di Banten dan satu di Tasikmalaya serta satu lagi di Banjar anak saya dan saya bisa lepas dari jerat santet sebagai tumbal. Tapi dengan pengorbanan yang sangat mahal.

Tetangga di sekitar kantor, di salah satu tempat di bilangan Pisangan Timur, Jakarta Timur, selalu ngomel-ngomel: "Oom, kalau jualan pulsa dan foto copy yang bener, dong. Mosok tutup terus."

Duh, wong saya ada di dalam dan lampu menyala serta jendela kantor terbuat dari kaca lebar.

Ternyata kantor dan toko itu sudah dikirimi tanah pamuragan (tanah kuburan) dan tanah kepalan yang dijadikan bantal mayat di liang lahat. Biar pun sudah ditarik dan dibersihkan ternyata tidak lagi baik ditempati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun