Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Debat Kandidat Pilkada 2018 di TV Abaikan Realitas Sosial

5 Mei 2018   03:21 Diperbarui: 5 Mei 2018   17:21 2075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang obat antiretroviral (ARV) untuk menekan laju replikasi HIV di dalam darah masih gratis karena ada 'sedekah' dari donor asing. Tapi, kalau donor itu menghentikan bantuan tentulah pemerintah harus menanggung obat ARV bagi ratusan ribu pengidap HIV/AIDS. Jika tidak diberikan obat ARV kondisi mereka jelek sehingga tidak bisa bekerja optimal dan jadi beban keluarga. Selain itu tanpa obat ARV penularan HIV akan terus terjadi terutama dari laki-laki pengidap HIV ke pasangannya.

Kanker serviks yang al. juga ditularkan melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah jadi penyebab kematian nomor dua pada perempuan di Indonesia. Ada lagi kanker payudara yang juga penyebab kematian pada perempuan.

Celakanya, dalam debat-debat itu sama sekali tidak muncul pembicaraan terkait dengan upaya penanggulangan HIV/AIDS, IMS, dan penyakit tidak menular serta upaya mengentaskan perempuan yang jadi PSK. Survei Kemenkes RI akhir tahun 2012 menunjukkan ada 230.000 PSK langsung di beberapa kota pelabuhan di Indonesia (antarabali.com. 9/4-2013). Angka ini tidak termasuk PSK tidak langsung yang beroperasi di luar lokalisasi pelacuran dan memakai teknologi kumunasi dan media sosial.

Apakah calon-calon pemimpin daerah itu memahami realitas sosial di social settings daerahnya secara faktual?

Langkah mereka kelak ketika memimpin daerahnya akan jadi jawaban dari pertanyaan di atas. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun