Gejala penyakit super-gonore ini tidak ada yang khas sehingga memerlukan diagnosis lanjut melalui pemerikasaan laboratorium. Itulah sebabnya setiap terjadi gejala di alat kelamin sebaiknya segera berobat. "Jangan mengobati diri sendiri, apalagi dengan memilih obat-obat yang bisa dibeli tanpa resep dokter. Kalau memang harus melakukan hubungan harus pakai pengaman, " demikian anjuran Profesor Sjaiful seperti dikutip "BBC Indonesia".
Yang jadi persoalan besar adalah praktek PSK langsung tidak lagi dilokalisir sehingga tidak bisa dilakukan advokasi dan penjangkauan. Seperti yang dilakukan oleh Prof Dr dr IDN Wirawan, MPH, melalui Yayasan Kerti Praja di Sesetan, Denpasar, Bali. "Itu semua untuk melindungi masyarakat," kata Prof Wirawan.
Setiap hari Jumat PSK menjalani tes IMS, menerima penyuluhan dan kondom agar mereka tidak tertular IMS dan HIV/AIDS serta tidak menularkan IMS dan HIV/AIDS ke laki-laki yang mereka layani melakukan hubungan seksual. Celakanya, ada wartawan yang menulis berita bahwa Prof Wirawan 'membela pelacur'. "Aduh, dari aspek kesehatan masyarakat yang saya lakukan adalah melindungi masyarakat," ujar Prof Wirawan (Baca juga: 'Jemput Bola' ke Lokasi Pelacuran di Denpasar, Bali).
Sayang, setelah dicari-cari dengan  bantuan 'Mbah Google' tidak ketemu jumlah kasus IMS, khususnya GO, di Indonesia. Ada laporan yang menyebutkan bahwa kasus GO paling banyak di antara penyakit IMS yaitu mencapai 16-57.7 persen (www.popline.org).
Di beberapa daerah dilaporkan juga. Tanpa menyebut angka disebutkan: Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Jawa Barat menyatakan kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)di Kota Tasikmalaya sangat tinggi. Sehingga di tahun 2014 kasus IMS menjadi tertinggi se-Priangan Timur. Serta menduduki peringkat keenam setelah Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Bogor, Kota Sukabumi, dan Kota Cirebon (nasional.republika.co.id, 24/8-2014).
Ada juga laporan dari Karawang, Jawa Barat: Yayasan Kita-kita (Yakiki) Kabupaten Karawang, Jabar, melansir kasus infeksi menular seksual (IMS) di wilayah ini cukup tinggi. Rata-rata, per bulannya yang menderita penyakit IMS mencapai 90 orang. Penderitanya itu, merupakan ibu-ibu rumah tangga usia produktif (republika.co.id, 5/7-2015).
Sedangkan ini kasus di Kalbar: Sebanyak 3.189 orang di Kalimantan Barat menderita infeksi menular seksual (IMS) sepanjang 2015. Sembilan orang diantaranya berusia 1 hingga 14 tahun (pontianakpost.co.id, 24/2-2016).
Sedangkan daerah yang tidak melaporkan kasus IMS tidak berarti di daerah itu tidak ada warga yang tertular IMS karena banyak yang tidak berobat ke dokter atau rumah sakit karena malu. Mereka membeli ramuan dan obat bebas. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H