Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Perairan Laut Indonesia Dikotori

3 Maret 2018   09:36 Diperbarui: 3 Maret 2018   11:19 1445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kapal pesiar mewah

Ilustrasi: Kapal pesiar Caledonian Sky (Sumber: tribunnews.com)
Ilustrasi: Kapal pesiar Caledonian Sky (Sumber: tribunnews.com)
Soalnya, seperti kapal pesiar Caledonian Sky yang berlayar di perairan Raja Ampat yang berisiko merusak kapal itu tentu muncul pertanyaan: Apakah ada misi terselubung yang dijalankan kapal pesiar itu? (Baca juga: Kapal Pesiar Asing Kandas di Raja Ampat, Kok Bisa?)

Bisa saja ada kegiatan mata-mata untuk memetakan jalur bawah air laut yang aman untuk kapal selam. Patut dipertanyakan langkah nakhoda kapal pesiar itu 'mendaratkan' kapalnya di atas terumbu karang karena langka itu berisiko karena bisa merusak lambung kapal.

Perairan di bagian barat Papua Barat sampai ke utara adalah salah satu jalur perpindahan ikan secara besar-besaran dari selatan ke utara sesuai dengan musim. Bisa juga ada usaha untuk 'memotret' pergerakan ikan di perairan Nusantara. Bisa juga yang dipakai untuk membuat peta jalur laut dalam untuk jalur pelayaran kapal selam.

Laut Indonesia juga menyimpan kekayaan sebagai 'kuburan' kapal-kapal perang dan niaga yang karam. Dengan mengetahui alur-alur yang aman dari jangkauan radar bisa saja kekayaan arkeologi bawah air itu dijarah. Jika ini terjadi, maka kita hanya bisa gigit jari.  

Maka, sudah saatnya pemerintah tidak hanya terpaku pada upaya untuk menarik wisatawan sebanyak-banyaknya, tapi mengabaikan keamanan (laut) negara. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun