Lagi-lagi data ini tidak sesuai dengan fakta berupa laporan Kemenkes RI yaitu kasus AIDS pada homoseksual (gay dan waria) 4,23% dan biseksual 0,58% (lihat tabel).
Disebutkan lagi: Dari angka tersebut, hanya sekitar 13% persen yang berhasil diobati. Sampai hari ini tidak ada obat yang menyembuhkan HIV/AIDS, yang ada adalah obat untuk menghambat laju penggandaan HIV di dalam tubuh sehingga pengidap HIV/AIDS yang meminum obat antiretroviral (ARV) secara rutin akan tetap bisa hidup layak.
Lagi-lagi Rosmelia menekankan: "Gaya hidup homoseksual merupakan jalur yang paling memudahkan inveksi HIV/AIDS masuk."
Yang meningkatkan risiko tertular HIV melalui hubungan seksual bukan gaya hidup dan orientasi seksual, tapi perilaku seksual orang per orang. Risiko tertular HIV melalui hubungan seksual bisa terjadi di dalam dan di luar nikah jika dilakukan dengan pengidap HIV/AIDS dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom. Kasus-kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu rumah tangga menunjukkan penularan HIV terjadi dalam ikatan pernikahan.
Yang memudahkan terinfeksi HIV melalui hubungan seksual adalah jika hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, sering dilakukan dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK) dan pelaku kawin-cerai.
Rosmelia juga mengatakan: "HIV/AIDS ibu ke anak, angkanya juga bertambah besar setiap tahun, sehingga menjadi suatu ancaman bagi kelangsungan generasi muda di Indonesia."
Celakanya, Rosmelia tidak menjelaskan mengapa dan bagaimana ibu rumah tangga tertular HIV/AIDS. Informasi yang akuat tentang hal ini yang sangat penting agar masyarakat paham bahwa perilaku seksual suami-suami yang berisiko akan membawa HIV/AIDS ke rumah.
Sudah saatnya informasi HIV/AIDS yang disampaikan ke wartawan berpijak pada fakta medis bukan sebaga orasi moral yang justru menyuburkan mitos yang pada gilirannya jadi pembodohan publik. Jika ini terjadi insiden infeksi HIV baru terus terjadi yang kelak bermuara pada "ledakan AIDS".Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H