Untung tak bisa diraih, malang tak bisa ditolak. Peribahasa ini mengajak kita berpikir jernih bahwa bencana, termasuk penyakit, tidak bisa diketahui kapan datang. Maka, bak pepatah 'sedia payung sebelum hujan' kita perlu menyiapkan diri untuk menghadapi penyakit walaupun semua orang tidak pernah berharap kena penyakit.
Itu artinya diperlukan jaminan agar sewaktu-waktu sakit ada yang memberikan jaminan pembayaran. Dalam hal ini Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan jadi penjamin yang handal dengan iuran yang terjangkau.
Empat tahun lalu mata kanan penulis mulai diselimuti awan. Bahkan sampai hampir gelap.
"Ini katarak, Pak," kata dr Helario Hasibuan, SpM, di Poli Mata RSUP Persahabatan, Jakarta Timur (dr Helario sekarang di RS Columbia Asia Pulomas, Jakarta Timur). "Tidak ada obat mencegah dan mengobati katarak. Yang ada hanya operasi," lanjut dr Helario.
Tiba-tiba pikiran saya melayang mengingat keluhan terkait dengan penanganan pasien di rumah sakit kalau memakai surat miskin dan Askes. Ketika itu biaya operasi katarak paling murah Rp 7 juta.
"Ah, Bapak 'kan pakai Askes," kata dr Helario memecah lamunan saya. Itu artinya tidak ada masalah terkait dengan biaya.
Setelah ada persetujuan saya pun menjalani pemeriksaan laboratorium, rontgen dan konsul ke Poli Jantung. Semua beres. Waktu itu operasi berjalan sehari sebelum Hari Raya Haji.
Ternyata cerita-cerita orang terkait dengan pasien surat miskin dan Askes tidak benar karena satu sen pun saya tidak bayar. Bahkan, untuk lensa yang disebut-sebut harus dibeli yang bagus, ternyata menurut dr Helario waktu hanya urusan branded bukan kualitas.
Saya hanya menambah untuk pembelian kaca mata karena saya memilih gagang (frame) di luar ketentuan Askes.
Tentu akan jadi masalah besar seandainya waktu itu saya tidak mempunyai jaminan kesehatan. Ini satu bukti bahwa jaminan kesehatan sangat diperlukan karena penyakit tidak bisa diduga-duga dan tidak bisa pula bisa dihindari semuanya.
Bulan Oktober 2017 giliran mata kiri saya yang mulai diselimuti awan. Sekarang Askes otomatis dileber ke BPJS Kesehatan. Rumah sakit pun ditentukan di kelas B sehingga saya harus pindah dari RS Persahabatan yang masuk kelas A ke RSUD Budhi Asih di Jakarta Timur.
Pelayanan bagi semua pemegang kartu BPJS Kesehatan sama, termasuk kelas, karena yang berbeda hanya jumlah pasien di kamar kalau rawat inap dan plafon kacamata. Pemegang kartu BPJS Kesehatan pun ada yang iurannya dibayar pemerintah, kalau dulu disebut surat miskin, tapi layanan tidak dibeda-bedakan dengan yang bayar bahkan yang memilih kelas satu.
Setelah melalui rangkaian pemeriksaan operasi katarak mata kiri saya pun dilakukan akhir Oktober 2017. Obat-obatan sebelum dan sesudah operasi juga tersedia di apotek rumah sakit. Kali ini saya kategori pasien dengan BPSJ Kesehatan bukan lagi Askes. "Mertua laki-laki saya operasi katarak di rumah sakit mata (dia menyebut nama rumah sakit tsb.-pen.) Rp 25 juta," kata seorang perempuan yang mengantar mertua perempuannya yang juga akan operasi katarak di RS Budhi Asih.
Sejak pemerintah menjalankan program BPJS Kesehatan secara nasional minat masyarakat untuk menjadi peserta BPJS terus meningkat. Data terakhir menunjukkan jumlah penduduk yang jadi peserta BPJS Kesehatan 174 juta, sedangkan pada tahun 2019 ditargetkan jumlah peserta BPJS Kesehatan dan KIS (Kartu Indonesia Sehat) mencapai 257,5.
Hanya saja banyak orang berobat ketika sakit sehingga pengeluaran biaya untuk pengobatan sangat besar. Tentu akan berbeda kalau bisa dideteksi risiko penyakit yang akan muncul sehingga dokter bisa melakukan pencegahan dini.
Studi yang dilakukan oleh Bappenas juga menunjukkan ketika dulu belum ada BPJS Kesehatan warga yang enggan berobat dengan alasan tidak ada uang sekitar 7 persen, tapi setelah ada BPJS Kesehatan pun angkanya tidak jauh berkurang yaitu 4 persen. Inilah yang disebut oleh Pungkas Bahjuri Ali, STP, MS, PhD, Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat BAPPENAS, pada acara pemberian materi bagi 20 blogger peserta "Danone Blogger Academy" bersama Kompasiana di Kantor Danone Indonesia, Gedung Cyber 2, Kuningan, Jakarta Selatan (3-4 November 2017), sebagai perilaku sebagian warga terkait dengan kesehatan. Jadi, bukan semata-mata karena biaya.
Fitur-fitur yang tersedia di Mobile JKN-KIS mulai dari info JKN, lokasi fasilitas kesehatan/faskes (terutama ketika peserta ada di luar kota), iuran, sampai pada pendaftaran peserta baru.
Yang tidak kalah pentingnya adalah fitur Care Center dan Mobile Screening. Melalui fitur ini peserta JKN-KIS bisa melakukan konsultasi dengan dokter dan pengecekan riwayat kesehatan. Ini membuat peserta tidak perlu lagi ke faskes untuk meminta riwayat kesehatan.
Tunggu apa lagi. Peserta JKN-KIS bisa segara memanfaatkan Mobile JKN-KIS ini dengan cara meng-install aplikasi MOBILE JKN-KIS melalui telepon pintar dengan fasilitas android di Google Playatau Apple Store. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H