Bukan PSK
Mereka lupa kalau cewek atau perempuan yang disebut sebagai PSK tidak langsung itu juga melakukan perilaku berisiko yang melakukan hubungan seksual dengan laki-laki yang berganti-ganti tanpa pakai kondom. Nah, PSK tidak langsung, seperti cewek pemijat, cewek kampus, anak sekolah, ibu-ibu, dll. risiko tertular HIV juga sama dengan PSK langsung di lokalisasi pelacuran.
Awal tahun 2000-an ada seroang pejabat teras di sebuah kabupaten di Indonesia bagian timur yang mengirim surat ke penulis dengan mengatakan bahwa dia merasa tidak berisiko terulatr HIV karena dia melalukan hubungan seksal dengan cewek cantik, pintar, dan kaya di hotel berbintang di wilayahnya atau ketika dinas ke Pulau Jawa. Waktu itu penulis anjurkan agar pejabat itu tes HIV, tapi dia menolak dengan alasan tadi. Belakangan saya dengar kabar dari seorang teman yang jadi pendampingnya kondisi kesehatannya terus turun dan penyakitnya tidak pernah diungkapkan ke keluarga dan instansi tampat dia bekerja.
Kalau saja pejabat tadi menjalani tes HIV sesuai anjuran, tentulah kondisinya tidak parah karena kalau waktu itu terdeteksi HIV positif akan dilanjutkan dengan tes CD4 untuk menentukan langkah penangangan. Jika CD4 di bawah 350 Â maka akan diberikan obat antiretroviral (ARV).
Obat ini bukan menyembuhkan HIV atau AIDS, tapi menghambat penggandaan HIV di dalam darah. Ketika HIV masuk ke tubuh seseorang, maka HIV akan menggandakan diri di sel-sel darah putih (ini sel kekebalan tubuh) dengan jumlah miliran setiap hari. Sel-sel darah putih yang dijadikan HIB sebagai 'pabrik' rusak. Celakanya, HIV yang baru diproduksi akan menggandakan diri pula dengan memakai sel darah putih sebagai 'pabrik'.
Ketika sel darah putih dalam tubuh seseorang yang mengidap HIV banyak yang rusak sampailah pada masa AIDS (secara statistik terjadi antara 5-15 tahun setelah tertular HIV) yang ditandai dengan penyakit yang mudah masuk yang disebut infeksi oportunistik, seperti diare, TB, dll. Penyakit mudah masuk karena sistem kekebalan tubuh yang rendah yaitu ketika sel darah putih banyak yang rusak.
Maka, orang-orang yang termakan mitos dan mengait-ngaitkan norma, moral dan agama dengan HIV/AIDS akan berada pada situasi yang berisiko tinggi tertular HIV (dari berbagai sumber). *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H