Laki-laki, lajang, duda atau yang beristri berada pada risiko tinggi tertular HIV jika pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa memakai kondom dengan PSK langsung atau PSK tidak langsung. Ini terjadi karena PSK langsung dan PSK tidak langsung sering berganti-ganti pasangan sehingga ada kemungkinan di antara pelanggan mereka ada yang mengidap HIV/AIDS sehingga PSK pun berisiko tertular HIV/AIDS.
Dengan demikian laki-laki 'hidung belang' lolos dari hukuman sosial karena yang salah adalah PSK. Maka, sampai kapan pun praktek pelacuran akan terus terjadi sehingga supply pun tidak akan berhenti seiring dengan demand yang sangat besar.
Laki-laki pelanggan PSK sama sekali tidak mendapat cap buruk (stigma) di masyarakat sehingga mereka pun merasa di atas angin. Akibatnya, melacur tidak lagi jadi beban karena secara sosial tidak ada penolakan terhadap laki-laki pelanggan PSK di masyarakat.
Catatan Kemenkes (d/h. Depkes) sampai akhir tahun 2012 ada 6,7 juta pria Indonesia yang menjadi pelanggan 230.000 PSK langsung (PSK yang ada di tempat-tempat pelacuran). Dari jumlah ini 4,9 juta beristri (antarabali.com, 9/4-2013). Yang terjadi di Cianjur dan beberapa kota lain dalam bentuk prostitusi online adalah PSK tidak langsung sehingga jumlah laki-laki yang berisiko tertular dan menularkan HIV/AIDS sangat banyak jauh di antas angka 6,7 juta.
Maka, amatlah beralasan kalau kemudian ahli-ahli epidemiologi menyebutkan estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia berkisar antara 600.000 -- 700.000. Celakanya yang terdeteksi baru separuhnya. Itu artinya separuh lagi jadi mata rantai penyebaran HIV yang kelak sampai pada kondisi 'ledakan AIDS'. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H