Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

BNPB Meningkatkan Budaya 'Sadar Bencana' Melalui Sandiwara Radio

6 Juli 2017   14:21 Diperbarui: 6 Juli 2017   14:26 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia adalah salah satu negara yang 'akrab' dengan bencana alam, seperti banjir, banjir bandang, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, angin puting beliung, kebakaran hutan, dll., juga bencana akibat konflik sosial, misalnya, perkelahian antar kampung serta radikalisme dan terorisme. Bencana tsb. tidak bisa dihalangi sehingga yang perlu dilakukan adalah melindungi diri agar terhindar dari bencana dan tidak jadi korban.

Untuk itulah langkah yang tepat adalah sosialisasi 'sadar bencana' sebagai budaya dalam kehidupan masyarakat. Badan Nasional  Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan sosialisasi membangun budaya 'sadar bencana' melalui siaran radio.

Langkah BNPB itu merupakan bagian dari upaya meminimalisir korban bencana karena korban bencana umumnya adalah orang-orang yang tidak memahami cara-cara melindungi diri dari bencana. Mereka tidak menyadari bencana alam yang bisa terjadi setiap saat.

Tidak perlu lagi menangisi nasib karena korban bencana karena jika penduduk sudah 'sadar bencana', maka korban pun akan sedikit. Selama ini jika terjadi bencana yang terjadi hanya caci-maki dan umpatan terhadap berbagai pihak. Padahal, banyak bencana yang tidak bisa diperkirakan kapan akan terjadi dan sebesar apa bencana itu.

Sumber: BNPB
Sumber: BNPB
Indonesia terletak di cincin api Pasifik sehingga sering mengalami aktivitas tektonik yang bisa jadi pemicu letusan gunung berapi, gempa bumi karena letusan gunung berapi, gempa bumi tektonik, banjir dan tsunami. Dengan jumlah gunung berapi yang mencapai 120-an Indonesia jadi salah satu negara yang rawan gempa bumi karena letusan gunung berapi. Ada lagi bencana karena perubahan iklim ektri yang dipengaruhi oleh fenomena El Nino dan La Nina yang mengakibatkan hujan dan kekeringan

Dampak bencana alam terhadap kemanusiaan dan ekonomi karena merusak lahan pertanian, tambak dan perikanan, mematikan manusia dan ternak peliharaan. Bencana alam pun merusak infrastruktur, seperti jalan raya, jembatan, rel kereta api, dll. Sehingga berdampak buruk terhadap aktivitas dan perekonomian nasional.

'Sadar bencana' amat penting bagi penduduk yang tinggal di daerah-daerah rawan bencana, seperti di pantai, lereng-lereng gunug berapi, di permukiman kumuh, di tepi tebing dengan kemiringan di atas 20 derajat, di tepi sungai, dll. Berbagai macam bencana bisa saja terjadi tanpa ada tanda-tanda awal. Sering terjadi tanda-tanda awal dipahami setelah bencana terjadi.

Sumber: You Tube
Sumber: You Tube
Salah satu bencana alam terbesar dengan korban jiwa yang banyak terjadi di Aceh pada tahun 2004 ketika terjadi tsunami yang dipicu gempa di laut. Data BNPB menyebutkan korban tewas tsunami mencapai 170.023. Hampir di semua daerah di Indonesia pernah terjadi bencana alam dengan korban jiwa ratusan sampai belasan ribu.

Korban akibat bencana alam terjadi karena ketidaktahuan tentang cara-cara melindungi diri agar terhindar dari bencana. Peringatan awal (early warning) jika akan terjadi bencana dipengaruhi banyak faktor, seperti kesiapan peralatan dan petugas serta kemungkinan rusak. Lagi pula tidak semua bencana alam bisa dipantau secara tepat dan cepat kapan akan terjadi.

Maka, yang diperlukan adalah pengetahuan tentang cara-cara melindungi diri atau menghindarkan diri dari bencana yang disebut sebagai 'sadar bencana'. Langkah yang inovatif untuk menyebarluaskan 'sadar bencana' adalah melalui siaran radio yang dibalut dengan sandiwara. Sebelum sinetron booming di televisi sandiwara radio menjadi hiburan utama bagi banyak warga.

Dari aspek komunikasi massa siaran radio ampuh dalam menyampaikan informasi karena tidak tergantug kepada kemampuan membaca (literasi) dan biaya yang dikeluarkan jauh lebih murah daripada membeli surat kabar atau majalah. Siaran radio bisa menembus semua lapisan masyarakat dan nyaris tidak mengenal blank spot, khususnya siaran yang dipancarkan melalui gelombang AM.

Sosialisasi sadar bencana melalui siaran radio yang dikemas dalam sandiwara radio radio "Asmara di Tengah Bencana 2". BNPB menggalang kerja sama dengan 80 stasiun radio yang terdiri atas 60 stasiun radio swasta dan 20 radio komunitas yang tersebar di 20 provinsi. Materi 'sadar bencana' disampaikan dalam kemasan dialog di sandiwara tsb. sehingga tidak menggurui pendengar tapi mengajak pendengar untuk memahami upaya-upaya melindungi diri agar tidak jadi korban yang mati sia-sia.

Sumber: setkab.go.id
Sumber: setkab.go.id
Yang jadi masalah kemungkinan adalah kepemilikan radio, tapi telepon genggam dan telepon pintar menyediakan fasilitas radio. Agar sandiwara radio 'sadar bencana' menjangkau banyak penduduk perlu juga BNPB memikirkan memasang radio di pusat-pusat kegiatan masyarakat, seperti di pasar, pelabuhan, terminal bus, pos ronda dan warung-warung yang sering dikunjungi warga. Bisa juga kerja sama dengan operator angkutan umum agar sandiwara radio diputar di angkutan-angkutan umum. Episode-episode sandiwara radio ini juga bisa diunduh melalui Internet.

Untuk menarik minat perlu acara diselingi dengan kuis secara live (on air) dan off air melalui SMS dengan hadiah pulsa. Selain mendapat pengetahuan pendengar pun mempunyai kesempatan mendapatkan pulsa.

Di saat warga disuguhi acara-acara hiburan yang sebagian besar tidak menjadi media edukasi, diharapkan sandiwara radio 'sadar bencana' menjadi oase bagi warga untuk meningkatkan pemahaman mencegah diri jadi korban sia-sia bencana alam. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun