Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kanker Serviks Bukan Karena Ulah Perempuan Semata

25 April 2017   14:06 Diperbarui: 23 Juni 2023   07:58 2517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak Julia Perez (Jupe) dirawat di RSCM karena penyakit kanker serviks, hampir setiap hari ada berita tentang Jupe di media massa dan media online. Sayang, tidak banyak porsi pemberitaan yang memberikan pencerahan yang berarti kepada masyarakat yaitu cara-cara mencegah penularan virus kanker serviks (HPV-Human Papilloma Virus).

Yang lebih buruk lagi adalah yang disalahkan selalu perempuan. Seperti ini: Minimnya pengetahuan wanita Indonesia tentang pemeriksaan, tanda-tanda kanker dan kendala pembiayaan pengobatan serta akses fasilitas pelayanan kesehatan dilihat sebagai salah satu penyebab masih tingginya angka kanker serviks tersebut.” (lifestyle.sindonews.com, 21/5-2015),

Pembunuh Nomor 2

Pernyataan itu menohok perempuan karena biar pun seorang perempuan memahami tanda atau gejala kanker serviks dan kemudian memeriksakan diri, itu artinya dia sudah tertular. Yang diperlukan adalah pencegahan agar perempuan tidak tertular virus kanker serviks (HPV) khususnya melalui hubungan seksual di dalam dan di luar nikah.

Data Kemenkes RI menunjukkan kanker serviks menjadi penyebab kamatian perempuan nomor dua di Indonesia yaitu sebanyak 17 persen dari kasus kanker, sedangkan kanker payudara menjadi penyebab kematian kematian nomor satu sebesar 21 persen (republika.co.id, 1/12-2016).

Yang menderita kanker serviks adalah perempuan, tapi yang menularkan virus HPV justru laki-laki. Tapi, dalam diskusi, ceramah dan berita tentang kanker serviks sama sekali tidak pernah disinggung tanggungjawab laki-laki sebagai mata rantai penyebaran HPV. Infkesi HPV pada laki-laki tidak menimbulkan dampak seperti yang dialami oleh perempuan. Biasanya terjadi di permukaan kulit penis dalam gejala yang sama sekali tidak terkait langsung dengan HPV.

Untuk itulah penyuluhan tentang kanker serviks bukan kepada perempuan, tapi laki-laki sebagai mata rantai penyebaran HPV. Salama penyuluhah hanya kepada perempuan, padahal yang menularkan adalah laki-laki. Seorang perempuan yang paham betul tentang kanker serviks adalah mustahil baginya untuk meminta suami memakai kondom ketika dia ketahui suaminya sering ganti-ganti pasangan seks.

Suatu saat dua tahun lalu ketika car free day di Jalan Thamrin-Jalan Sudiman, Jakarta Pusat, di sekitar Bundara HI sekelompok remaja putri berkumpul sambil memegang poster yang menyebutkan penyebab kanker serviks adalah pembalut yang tidak steril. Ketika penulis bertanya lebih jauh, eh, mereka malah membubarkan diri.

Selain menyembunyikan fakta tentang cara-cara penularan virus kanker serviks, ada juga upaya untuk memoralisasi cara-cara penularan, seperti misalnya menyebutkan penyebabnya karena pembalut, karena hidup tidak bersih, dll. Ini akan menyuburkan mitos (anggapan yang salah) terhadap cara-cara penularan HPV sehingga banyak yang terlena dan mengabaikan perilaku yang berisiko tertular HPV.

Vaksinasi

Karena mitos itu pulalah kemudian laki-laki merasa tidak menjadi penyebar HPV sehingga banyak suami yang tidak memikirkan istri dan anak-anaknya ketika melakukan hubungan seksual dengan perempuan, waria atau laki-laki lain. Risiko seorang laki-laki tertular HPV terjadi jika pernah atau sering melakukan hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti karena bisa saja salah satu dari pasangan tsb. mengidap kanker serviks.

Maka, ketika ada cantelan berita (newspeg) yang kuat terkait dengan kanker serviks, yaitu prominence (terkenal), dalam hal ini Jupe, bisa dimanfaatkan untuk menyebarluaskan informasi yang akurat tentang kanker serviks. Misalnya, pada setiap pemberitaan diselipkan cara-cara penularan dan pencegahan virus kanker serviks sehingga setiap kali membaca berita tentang (penyakit) Jupe ada manfaat bagi pembaca.

Kanker serviks bisa dicegah dengan vaksninasi. Langkah awal di Indonesia dimulai di Jakarta yaitu dengan memberikan vaksin kepada siswi kelas 5 SD tahun lalu. Tapi, yang muncul justru tanggapan buruk terhadap Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dengan menebarkan isu bahwa Ahok menyuntik anak-anak perempuan agar mandul. "Saya difitnah soal vaksin serviks. Katanya saya dikira mau vaksin untuk mandulkan orang pribumi.” (news.detik.com, 15/12-2016).

Celakanya, upaya untuk membantah isu ini tidak gencar dilakukan pemerintah, dalam hal ini Kemenkes RI, sehingga jadi ‘bola gila’ yang menyerang Ahok yang sedang ‘digoyang’terkait dengan Pilgub DKI 2017. Padahal, Pemprov DKI Jakarta sudah mengeluarkan dana yang besar yaitu Rp 750.000 per murid yang dicadangkan untuk 70.000 murid kelas 5 SD.

Gadis-gadis di Australia jauh lebih beruntung jika dibandingkan dengan sebaya mereka di Indonesia karena hampir 80 persen gadis belia berusia di atas 15 tahun di negeri Kangguru itu sudah mendapat imunitas terhadap HPV karena mereka sudah divaksinasi (australiaplus.com, 31/3-2017). Sedangkan di Indonesia baru dimulai di Jakarta itu pun dihadang dengan fitnah. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun