Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Menggugat Pemberian "Panggung" kepada Pelaku Kejahatan Seksual

5 April 2017   16:38 Diperbarui: 20 Januari 2023   11:00 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: amilyrelation.org)

Ilustrasi (Sumber: amilyrelation.org)
Ilustrasi (Sumber: amilyrelation.org)
Yang tidak masuk akal dua menteri perempuan yaitu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA)  Yohana Yembise dan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa ‘membela’ 14 begundal yang memerkosa dan membunuh Yy di Bengkulu dengan mengatakan pelaku-pelaku itu dipengaruhi miras (minuman keras) dan pornografi. 

Bayangkan ketika seseorang berniat memerkosa akan meminum  miras dan menonton video porno sebelum melakukan perkosaan sebagai bagian dari pembenaran tindakannya berdasarkan ‘pembelaan’ dua menteri perempuan itu.

Dua menteri itu boleh-boleh saja “mengumbar syahwat” untuk menguatkan usul mereka membuat aturan tentang miras dan pornografi, tapi tidak dengan membela pelaku kejahatan di depan publik melalui media massa yang bisa menjadi inspirasi dan penggiringan opini publik yang merugikan korban dan calon-calon korban.

Dalam berita “Korban Sodomi Berani Lapor karena Termotivasi Kasus Saipul Jamil” disebutkan: .... seorang pemuda MS (18) asal Dusun Tepus, Desa Wonoroto, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, diamankan polisi lantaran diduga telah mencabuli 15 anak-anak di bawah umur. 

Hasil pemeriksaan sementara, kata Purwanto (Kepala Polsek Windusari, Kabupaten Magelang), perilaku menyimpang pelaku disebabkan kebiasaan pelaku yang sering melihat adegan porno melalui ponselnya. (kompas.com, 14/3-2016).

Sodomi dan Perkosaan

Disebutkan ‘perilaku menyimpang pelaku disebabkan kebiasaan pelaku yang sering melihat adegan porno melalui ponselnya’ merupakan pembelaan dan pembenaran tindakan asusila MS. Banyak orang nonton adegan porno bukan hanya di ponsel tapi di layar laptop atau di dinding yang dijadikan layar projentor (LCD) tapi tidak melakukan perkosaan atau sodomi. 

Maka, persoalan bukan pada adegan porno, tapi pada diri MS sendiri. 

Simak ini:  Publikasi Motif Kejahatan di Media Massa Jadi Inspirasi: “Saya Memerkosa Karena Pengaruh Miras dan Pornografi, Bu M**t**i ....”

Ilustrasi (Sumber: healio.com)
Ilustrasi (Sumber: healio.com)
Berita di harianrakyatbengkulu.com (9/3-2017) ini juga jelas memberikan ‘panggung’ kepada pelaku sodomi sehingga dia merasa tindakannya benar. Melalui berita “Pengkuan Oknum Guru Sodomi 4 Siswa”: “Saya Juga Pernah Jadi Korban Sodomi”. guru honorer di sebuah madrasan negeri di Ketahun, Bengkulu Utara.

Celakanya, wartawan yang menulis berita itu rupanya tidak jeli karena guru ini tidak hanya melakukan sodomi tapi juga perkosaan “Rinciannya, 4 siswa mengaku disodomi dan 2 siswa lainnya dicabuli.” Dicabuli di sini adalah melakukan hubungan seks vaginal. Lalu, apakah juga dulu guru ini diperkosa secara vaginal?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun