Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pengguna Media Sosial: Terkoneksi dengan Ribuan tapi Terisolasi di Social Settings

12 Maret 2017   14:27 Diperbarui: 13 Maret 2017   02:01 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengguna ponsel di KRL (Sumber: citraindonesia.com)

Keterasingan

Sudah jadi pemandangan sehari-hari di angkutan umum, bahkan di kabin kapal terbang walaupun pramugari sudah melarang tapi tetap saja ada yang memakai ponsel. Padahal, sudah diberitahu berulang-ulang bahwa sinyal ponsel bisa menggang sinyal komunikasi kapal terbang, terutama sinyal tanda kebarakaran dari bagasi. Tapi, inilah bentuk lain dari terisolasi secara sosial karena mereka menempatkan diri sebagai individu dengan kepentingan pribadi semata. Tapi, ketika kapal terbang terguncang kabin pun penuh dengan desis nama Tuhan (Ketika Kabin Kapal Terbang Jadi "Rumah Ibadah").

Keterasingan secara sosial di social settings, menurut Dr Brian A. Primack, Direktur Center for Research on Media, Technology and Health, isu ini penting dipelajari karena masalah kesehatan mental dan isolasi sosial sudah menjadi epidemi di kalangan orang dewasa muda. Betapa sekarang banyak orang yang panik ketika ponselnya ketinggalan.

Yang jadi pikiran bagi Dr Elizabeth Miller, profesor kedokteran anak di University of Pittsburgh dan Kepala Division of Adolescent and Young Adult Medicine di Children's Hospital of Pittsburgh, adalah belum diketahui mana yang duluan: apakah menggunakan media sosial lalu ada keterasingan atau karena ada isolasi sosial maka pakai media sosial untuk mengusir keterasingan.

Ilustrasi (Sumber: cnn.com)
Ilustrasi (Sumber: cnn.com)
Bisa juga terjadi kesepian pada pengguna media sosial ketika tidak ada jaringan biar pun sedang berada di sebuah lingkungan yang ramai. Ini bisa terjadi karena koneksi yang ada melalui media sosial hanya ada di ‘dumay’ (dunia maya). Begitu koneksi terputus maka kesepian dan keterasingan pun jadi masalah besar yang mengguncang kehidupan.

Pertanyaan besar, namun kenyataan menunjukkan media sosial justru meningkatkan keterasingan sebagian orang yang diperbudak ponsel karena sepanjang hari mereka lebih mementingkan membalas pesan atau ciutan. Mereka melupakan orang-orang di sebelahnya. Padahal, manusia adalah makhluk sosial, namun seperti dikatakan Primack, penulis utama penelitian itu, kehidupan modern cenderung mengotak-ngotakkan bukan menciptakan kebersamaan. Memang, ada kesan media sosial memberikan peluang untuk mengisi kekosongan sosial, tapi fakta menunjukkan yang terjadi justru sebaliknya.

Salah satu catatan penting dari studi atau penelitian tsb. adalah anjuran bagi dokter agar bertanya kepada pasien seberapa jauh dia memakai media sosial ketika pasien mengeluh soal keterasingan sosial dari lingkungannya.

Jika keterasingan secara sosial terus berlanjut bisa jadi orang tsb. akan tercerabut secara sosial dari lingkungannya di social settings. Ini tentu bisa sebagai keluhan psikologis (perilaku dan fungsi mental) yang kelak bisa jadi bermuara pada keluhan psikiatri (kesehatan jiwa). *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun