Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Melatih Masyarakat Agar Tanggap Bencana Melalui Sandiwara Radio Bertema Roman Sejarah

16 September 2016   15:42 Diperbarui: 16 September 2016   18:13 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemeran “Asmara di Tengah Bencana” (Sumber: www.youtube.com)

Pesan dalam Roman

Memasyarakatkan tanggap bencana sangat penting bagi Indonesia karena Indonesia sudah dijuluki sdbagai ‘laboratorium bencana’. Ini terjadi karena Indonesia dilanda banyak jenis bencana dengan korban yang tidak sedikit. Secara faktual bencana-bencana yang terjadi di Indonesia, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, erupsi gunung berapi, angin ribut, puting beliung, badai, kekeringan, dan kebakaran hutan bisa diatasi sehingga tidak akan memakan korban yang besar. Sedangkan bencana alam pada gempa bumi dan tsunami yang bisa dilakukan adalah mengurangi risiko sehingga korban sedikit melalui manajemen kebencanaan, seperti menyiapkan sarana dan prasarana yang terkait dengan penanggulangan bencana.

Di Jepang, misalnya, selain struktur bangunan yang tahan gempa perabotan kantor pun, seperti meja kerja, dll., dirancang ‘tahan gempa’ yaitu sebagai tempat berlindung sementara pegawai atau karyawan ketika terjadi gempa. Mereka belindng di bawah meja sehingga tidak tertimpa bahan bangunan. Nah, apakah hal itu dilakukan di Indonesia?

Dengan memberikan pengetahuan tentang kebencanaan melalui siaran radio diharapkan akan meningkatkan apresiasi masyarakat dalam menanggapi risiko bencana. Masyarakat akan memahami cara-cara yang tepat untuk mencegah korban bencana, terutama jiwa. Seperti pada tsunami di Aceh (2004) ada seorang laki-laki yang naik ke atap rumah dan mengumandangkan azan. Ini merupakan kesalahan besar karena yang perlu dilakukan adalah menghindarkan diri dari jilatan air. Setelah dapat tempat yang aman baru melalukan ritual-ritual yang bisa menjadi bagian dari upaya penanggulangan.

Menyebarluaskan cara-cara yang realistis untuk menanggulangi bencana, mengatasi risiko dan mencegah korban merupakan langkah cerdas dalam proses sosialisasi kebencanaan di masyarakat luas. Hal ini baru terlihat dilakukan di Indonesia setelah tsumami Aceh (2004), gempa di Yogyakarta dan Sumatera Barat.

 Agar upaya-upaya tsb. berkesinambungan, maka cara sosialisasi yang dilakukan BNPB yaitu menyelipkan pesan-pesan penanggulangan bencana dalam drama radio merupakan bentuk tanggung jawab BNPB dalam mendidik masyarakat agar melek bencana. Memang, era kejayaan sandiwara radio ‘sudah lewat’ karena kehadiran televisi dan Internet, tapi bagi sebagian masyarakat, terutama di pedesaan sandiwara radio merupakan hiburan yang terjangkau.

Pemeran “Asmara di Tengah Bencana” (Sumber: www.youtube.com)
Pemeran “Asmara di Tengah Bencana” (Sumber: www.youtube.com)
BNPB menjadikan sandiwara radio “Asmara di Tengah Bencana” dengan durasi 30 menit per episode yang disiarkan di 20 stasiun radio, yaitu 18 radio lokal dan 2 radio komunitas. Jumlah episode ‘Asmara di Tengah Bencana’ atau ADB ini ada 50. Mulai disiarkan pada tanggal 18 Agustus 2016. Sandiwara ini merupakan karya maestro sandiwara radio, S. Tidjab, yang juga menelurkan sandiwara radio “Tutur Tinular” (1989) yang disiarkan di 512 stasiun radio. Pemeran utama “Asmara di Tengah Bencana” yaitu Nanang Kasila, Ajeng, Ivone Rose, Harry Laksono, Eddie Dhosa, Siska Jawa, dll.

Bentuk “Kelompencapir”

“Asmara di Tengah Bencana” merupakan drama radio berlatar belakang pemerintahan Sultan Agung Hanyoto Kusumo ketika Gunung Merapi meletus. Kisah ini diramu dengan dendam, kesetiaan, kejujuran, dan percintaan antara anak manusia. Tema besar sandiwara radio ini adalah soal bencana alam. Dalam cerita asmara itu juga ada materi tentang upaya melakukan mitigasi bencana dan gambaran kehidupan yang harmonis dengan (sumber) bencana (alam).

Kelompencapir (Sumber: www.segmennews.com)
Kelompencapir (Sumber: www.segmennews.com)
Langkah lain yang perlu dilakukan oleh BNPB adalah menyediakan radio di balai desa, pasar, warung, dll. karena kepemilikan radio yang sangat rendah. Kerja sama dengan pegawai balai desa, petugas pasar atau pemilik warung agar mereka menyetel radio yang menyiarkan sandiwara sehingga bisa didengar orang banyak.

Berkaca pada keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan kemampuan petani dan nelayan melalui Kelompencapir  (Kelompok Pendengar, Pembaca, dan Pemirsa), maka adalah cara yang arif kalau BNPB juga memikirkan cara yang dilakukan di masa Orba itu karena terbukti berhasil menjangkau masyarakat luas. Kegiatannya al. adalah ‘cerdas-cermat’ tentang bidang yang mereka geluti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun