Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kematian Pengidap HIV/AIDS di Biak Sangat Tinggi

28 Juli 2016   21:12 Diperbarui: 28 Juli 2016   21:20 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan untuk Basri: Berapa lama yang dibutuhkan agar seseorang memahami bahaya HIV/AIDS sehingga dia tidak melakukan perilaku berisiko, al. melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan pekerja seks komersial (PSK)?

Seintens apa pun sosialisasi bahaya HIV/AIDS dilakukan tidaklah mudah mengubah perilaku seksual seseorang. Soalnya, penyebab paling dominan kasus HIV/AIDS di Biak terjadi karena hubungan seksual yang prosentasenya mencapai 80 persen. Itu artinya banyak laki-laki dewasa di Biak yang perilaku seksualnya berisiko yaitu sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK.

Maka, yang harus dilakukan KPA Biak bukan sekedar sosialiasi bahaya HIV/AIDS, tapi program yang konkret untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual dengan PSK. Yang mendesak adalah melakukan intervensi terhadap laki-laki dewasa berupa memaksa mereka memakai kondom setiap kali melakukan hubungan seksual dengan PSK.

Celakanya, Pemkab Biak akan menepuk dada: Di wilayah kami tidak ada pelacuran!

Ya, itu benar jika yang dimaksud adalah pelacuran yang dilokalisir dengan regulasi. Tapi, praktek pelacuran dengan berbagai cara tetap saja ada di Biak. Bisa dalam bentuk panti pijat plus-plus, kafe, salon plus-plus, cewek panggilan, dll.

Justru penanggulangan HIV/AIDS tidak bisa dilakukan karena kegiatan pelacuran tidak dilokalisir sehingga tersebar secara luas di sembarang tempat dan terjadi sembarang waktu. Akibatnya, tidak bisa dilakukan intervensi.

Itu artinya insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual dengan PSK akan terus terjadi. Laki-laki yang tetular akan menjadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah secara horizontal. Yang beristri akan menularkan HIV ke istrinya atau perempuan lain yang jadi pasangan seksnya. Kalau istrinya tertular, maka kelak ada pula risiko penularan secara vertikal ke bayi yang dikandungnya.

Maka, tanpa program penanggulangan yang konkret penyebaran HIV di masyarakat jadi ’bom waktu’ yang kelak akan jadi pemicu 'ledakan AIDS' di Biak Numfor. Pilihan ada di tangan Pemkab Biak Numfor: tidak menjalankan program yang konkret atau menunggu ‘ledakan AIDS’. *** [AIDS Watch Indonesia] ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun