Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kuliner: “Sunday Brunch” Menu Sarapan Sekaligus Makan Siang

19 April 2016   09:40 Diperbarui: 20 April 2016   13:39 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ada di Swiss Cafe Restoran Swiss -Belhotel Pondok Indah Jakarta. Dok.pri"][/caption]Tamu yang menginap di hotel selalu menikmati hari libur, khususnya hari Minggu, dengan cara yang khusus. Mereka seakan enggan bangkit dari tempat tidur. Bermalas-malasan. Bahkan, untuk sarapan pun mereka tunda sampai menjelang siang. Soalnya, suasana itu merupakan waktu yang pas untuk melepaskan diri dari rutinitas  keseharian dan persoalan kantor atau bisnis yang memakan enerji sepanjang hari selama sepekan.

Itulah salah satu faktor yang mendorong manajemen Swiss-Belhotel Pondok Indah Jakarta, sebuah hotel bintang 4 di Jakarta Selatan, menyiapkan menu makanan untuk sarapan sekaligus makan siang setiap hari Minggu sejak pukul 11.00 – 13.00 yang mereka sebut “Sunday Brunch” yaitu perpauan antara breakfast dan lunch.

“Ya, dengan menu ‘Sunday Brunch’ kami yakin tamu hotel dan warga sekitar juga warga Jakarta akan senang melepas hari Minggu di restoran kami,” kata Nana, panggilan akrab Navilah Rahmanina D., Food & Beverage Manager, Swiss-Belhotel Pondok Indah Jakarta, di sela-sela liputan kompasianer pada acara “Coverage Kompasiana Swiss-Belhotel Pondok Indah Jakarta” (17/4-2016).

Maka, di restoran tersedia bubur ayam, sop kepiting, omelet dan telor ceplok, salad dan buah-buahan segar. Ada pula rujak petis dan pecel. “Wah, rujak campur pecel bukan main,” kata seorang pengunjung sambil meniup-niupkan napas dan mengipas-ngipas bibirnya dengan tangan. Rupanya, dia terlalu banyak mencampurkan bumbu pecal dan rujak sehingga agak pedas.

Tapi, rasa pedas itu justru membangkitkan selera makan. Tentu saja bubur ayam dan sop kepiting jadi sasaran yang dipadu dengan jus buah. Ada pula yang meminta teriyaki. Ada daging segar, ikan dan cumi yang dipadu dengan beberapa macam sayuran. Tamu memilih apa saja yang akan dimasak oleh koki, “Itu bentuk live cooking yaitu ada interaksi antara tamu dan koki kami,” ujar Nina. Memang, komunikasi antara tamu dan koki jadi penting karena tamu bisa mengetahui kelemahan dan kelebihan campuran bahan kalau dimasak.

[caption caption="Dok.pri"]

[/caption]Menu untuk makan siang di restoran tersedia nasi putih, nasi goreng, daging, ikan, kuewtiau, dll. Ada juga tahu. Sajian untuk makan siang komplet. Tamu tinggal memilih jenis makanan dan  minuman yang disukai. “Dengan membayar Rp 195.000++ silakan makan sepuasnya,” kata Nina sambil membentangkan tangan menunjukkan semua menu yang tersedia. Tamu hotel yang menginap tetap disediakan sarapan, tapi kalau mau menu “Sundray Brunch” mereka juga harus bayar Rp 195.000++.

‘Cuci mulut’ setelah sarapan atau makan ada aneka kue dan buah-buahan potong. Ada pula ‘chocolate fountain’ yang mengalir terus. “Ini untuk anak-anak, tapi yang dewasa juga suka,” kata Nina. Beberapa tamu memang mencocolkan kue ke luberan coklat.

Bukan hanya di restoran dengan bayaran tadi tamu sudah bisa menikmati kolam renang yang biasanya hanya untuk tamu yang menginap. Di salah satu sisi kolam renang ada meja dan kursi di bawah payung, di sisi lain ada pula makan bebek peking, martabak telur, dan empek-empek, “Ya, kapal selam mini, Pak,” kata karyawan yang menjaga makanan empek-empek ketika ditanya apakah ada empek-empek kapal selam.

Suasana di sekitar kolam renang jadi ‘surga’ bagi perokok karena restoran bebas rokok. Kalau sudah menikmati menu sarapan, bisa berenang. Setelah lapar naik lagi ke restoran menyantap menu makan siang.

Nina benar sajian “Sunday Brunch” juga menarik bagi banyak orang. Seorang perempuan berwajah Timur Tengah, misalnya, memesan “Sunday Brunch”. “Untuk teman saya, nanti mereka datang,” kata perempuan itu sambil pergi. Itu artinya harapan Nina bisa terwujud. Maklum, hotel itu dikelilingi banyak residen, mulai dari perumahan sampai aparetemen. Inilah yang dilirik Nina sebagai tamu yang potensial. Tidak muluk-muluk, Nina menargetkan 100-150 tamu akan menikmati “Sunday Brunch”. Harapan yang masuk akal karena pada acara pembukaan tanggal 17/4-2016 saja beberapa meja dengan 4-6 kursi sudah dipesan (reserved). Menjelang siang meja di seputar kolam renang penuh, meja di restoran pun ramai pula.

Minuman dan makanan yang disajikan, menurut Nina, adalah perpaduan atau kombinasi antara tradisional dan internasional. Makanan tradisional yang disajikan harus dengan cita-rasa yang murni dan asli. Itulah sebabnya makanan khas jadi menarik karena kita tidak perlu harus ke Padang, misalnya, hanya untuk mencicipi rendang.”Kami memasak masakan tradisional dengan rasa yang murni,” ujar Nina memberikan jaminan.

 [caption caption="Dok.pri"]

[/caption]Bukan hanya tamu yang menginap dan pengunjung khusus restoran, manajemen hotel pun mencatat beberapa orang laki-laki berumur selalu mampir ke restoran di pagi hari selepas jogging. “Mereka melepas lelah sambil sarapan,” ujar Nina sambil menjelaskan bahwa tamu yang datang untuk kedua kali dan seterusnya selalu mereka sapa secara khusus. Karyawan diminta mengenali setiap tamu dan pengunjung agar sapaan lebih akrab.

Suasana di restoran pada “Sunday Brunch” sangat familiar. Ada tamu yang membawa anak-anaknya. Ada pula yang datang dengan rekan kerja, sanak famili dan kerabat. Agaknya, “Sunday Brunch” layak dijadikan ajang pertemuan dan bisnis karena suasana familiar yang dipadu dengan keramahan pelayan dan koki. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun