Kegiatan di atas tentu saja tidak ada di kawasan industri, tapi ada di sekitar kawasan industri.
Kemudian, mengapa pekerja atau buruh rentan tertular HIV/AIDS?
Tentu saja banyak faktor yang semuanya tergantung pada sikap dan moralitas buruh. Kalau misalnya disebut karena jauh dari keluarga, dalam hal ini istri, bisa saja subjektif karena ternyata tidak semua pekerja atau buruh yang tidak membawa istri otomatif melakukan perilaku berisiko.
Kalau tetap mereka memilih melakakuman hubungan seksual dengan PSK langsung ata PSK tidak langsung, maka lakukanlah dengan aman yaitu selalu memakai kondom dari awal sampai akhir pada saat terjadi hubungan seksual.
Faktor yang paling dominan adalah para pekerja atau buruh itu berada pada usia seksual aktif sehingga mereka membutuhkan penyaluran dorongan hasrat seksual. Hal ini hanya efektif jika dilakukan dengan hubungan seksual karena substitusi apa pun tidak akan menyelesaikan masalah karena dorongan seksual hanya bisa disalurkan melalui hubungan seksual.
Disebutkan pula oleh Dhakiri bahwa upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja dapat dilaksanakan dengan cara menyebarluaskan informasi dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan tentang HIV/AIDS serta mengembangkan kebijakan pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di lingkungan kerjanya masing.
Mencegah agar para pekerja atau buruh tidak tertular HIV tidak dilakukan di tempat mereka bekerja di kawasan industri, karena mereka melalukan perilaku berisiko di luar tempat mereka bekerja.
Yang menjadi persoalan besar adalah informasi tentang pencegahan HIV/AIDS selalu dibumbui dengan norma dan moral sehingga fakta empiris tentang cara mencegah penularan HIV pun kabur dan berujung pada mitos (anggapan yang salah).
Untuk itulah sudah saatnya materi KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) tentang HIV/AIDS tidak dibalut dengan norma dan moral, tapi sampaikanlah secara faktual: cara mencegah agar tidak tertular melalui hubungan seksual berisiko, di dalam dan di luar nikah, adalah dengan memakai kondom. Celakanya, hal ini tidak pernah disampaikan secara baik karena selalu dibumbui dengan moral. Maka, kasus HIV/AIDS pada pekerja atau buruh akan terus terjadi. *** [Syaiful W. Harahap – AIDS Watch Indonesia] ***
Ilustrasi (Repro: shutterstock.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H