Pertanyaannya adalah: Mengapa kasus HIV/AIDS banyak tercatat di Jakarta?
Kalau saja Denny lebih arif tentulah penjelasan kepada wartawan akan lebih komprehensif karena tidak semua kasus HIV/AIDS yang tercatat di Jakarta itu adalah warga DKI Jakarta. Ini fakta.
Pertama, di awal epidemi fasilitas tes HIV hanya ada di Jakarta, dalam hal ini di Pokdisus AIDS, FKUI-RSCM Jakarta sehingga banyak orang dari luar Jakarta yang melakukan tes HIV di Jakarta. Nama mereka pun tercatat pada daftar jumlah kasus HIV/AIDS yang terdeteksi di Jakarta.
Kedua, di Jakarta ada beberapa lembaga, seperti LSM, yang mempunyai fasilitas tes HIV dan pendampingan serta sanggar. Kasus-kasus yang terdeteksi pada LSM itu pun masuk dalam daftar kasus Jakarta padahal mereka bukan penduduk DKI Jakarta.
Ketiga, pasien rujukan dari daerah pun ada juga yang terdeteks mengidap HIV/AIDS. Mereka ini juga tercatat dalam daftar kasus HIV/AIDS Jakarta.
Di bagian lain disebutkan pula: Denny menambahkan, penularan HIV/AIDS pada usia remaja juga diakibatkan karena gaya hidup mereka yang terlalu bebas dan tidak adanya perhatian khusus dari orangtua. Oleh sebab itu, orang tua harus lebih memperhatikan anaknya ketika memasuki usia remaja.Â
Penularan HIV/AIDS tidak ada kaitannya dnegan ‘gaya hidup yang terlalu bebas’ karena HIV/AIDS hanya menular melalui cara-cara yang sangat spesifik bukan melalui pergualan sosial, termasuk yang bebas sekali pun. Remaja berisiko tertular HIV/AIDS melalui hubungan seksual karena mereka tidak menerapkan ‘seks aman’ yaitu mereka tidak memakai kondom ketika ngeseks dengan pekerja seks komersial (PSK) langsug (PSK yang kasat mata yang ada di lokalisasi pelacuran atau jalanan) serta PSK tidak langsung (PSK yang tidak kasat mata, seperti cewek pub, cewek karaoke, cewek pemijat, cewek kafe, anak sekolah, ayam kampus, dll.).
Untuk menurunkan insiden infeksi HIV/AIDS baru pada remaja adalah dengan memberikan penjelasan yang konkret, yaitu memakai kondom jika melakukan hubungan seksual dengan PSK langsung, PSK tidak langsung atau dengan cewek teman sebaya yang sering ganti-ganti pasangan.
Jika informasi yang diberikan tidak akurat, maka itu artinya menjerumuskan remaja ke lembah kehancuran yaitu tertular IMS atau HIV/AIDS atau kedua-duanya sekaligus. ***Â [Syaiful W. Harahap - AIDS Watch Indonesia] ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H