Untuk menurunkan insiden infeksi penularan HIV baru, terutama di kalangan dewasa, pilihan ada di tangan kita, yaitu tidak melakukan hubungan seksual yang berisiko:
(a) Laki-laki dewasa tidak melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, perempuan yang berganti-ganti;
(b) Laki-laki dewasa tidak melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti PSK langsung (PSK yang kasat mata yaitu PSK di lokalisasi pelacuran, di rumah bordir, dan di jalanan) dan PSK tidak langsung (PSK yang tidak kasat mata, seperti cewek panggilan, ‘artis’ prostitusi online, cewek pub, cewek kafe, cewek pemijar, ABG, cewek bispak, cewek bisyar, ayam kampus, cewek gratifikasi seks, dll.);
(c) Perempuan dewasa tidak melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan laki-laki yang berganti-ganti.
Masalahnya adalah: Apakah ada yang bisa mengawasi perilaku-perilaku di atas?
Tentu saja tidak bisa. Maka, pilihan lain adalah memberikan alat yang bisa menegah penulran HIV/AIDS bagi orang-orang yang lepas kontrol sehingga tidak bisa mengendalikan dorongan syahwatnya.
Tanpa langkah-langkah yang konkret, maka penyebaran HIV/AIDS di Prov Bengkulu khususnya dan di Indonesia umumnya akan tibalah saatnya kelak pada “ledakan AIDS”. *** [Syaiful W. Harahap - AIDS Watch Indonesia] ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H