Pesugihan dengan memelihara ‘arwah’ monyet dikenal sebagai nyupang (yaitu bersekutu dengan roh hewan). Yang memelihara nyupang terkadang menggaruk-garuk badan seperti yang dilakukan monyet atau kera biarpun sedang berbicara dengan orang lain.
Seorang teman, PNS sebagai pekerja sosial di Jambi, ketika pendidikan di Kota Bandung, Jabar, dia mengikuti kerja lapangan. Dia ditempatkan di salah satu kota di Jabar.
Teman tadi berkenalan dengan seorang laki-laki di salah satu kota kecamatan. Laki-laki itu bercerita bahwa dia dan dua saudaranya pernah mencari pesugihan ke satu tempat di perbatasan Jabar dan Jateng.
Semua syarat sudah mereka penuhi. Syarat terakhir adalah mereka harus menghabiskan sebatang cerutu di masjid pada hari Jumat sebelum azan Jumat.
Dua saudaranya menghabiskan cerutu masing-masing, tapi laki-laki tadi tidak bisa menghabiskan cerutnya. Dia pun mematikan cerutu dengan menggesek-gesekkan bagian yang terbakar ke lantai.
Laki-laki itu wuduk lalu masuk ke masjid. Ketika sujud pada rakaat pertama dia agak terlambat. Semua sudah sujud tapi laki-laki itu baru mau sujud.
Laki-laki itu kaget bukan kepalang karena yang dia lihat adalah berbagai jenis binatang: ada monyet, ular, babi, dll. Hanya imam yang tidak berubah wujud.
Belakangan laki-laki itu sadar dan tidak mengikuti ritual-ritual berikutnya.
”Masya Allah, kok ada monyet!” Ini dialami oleh Pak Misbah di sebuah masjid di Banten ketika dia memberi salam pertama ke kanan selesai salat magrib.
Yang disebut ’monyet’ tadi melihat Pak Misbah pada salam ke dua ke kiri, tapi sudah berubah wujud jadi manusia.
Kerabat yang saya lihat berubah wujud jadi ’monyet’ tadi beberapa kali muncul sekelebat di kantor yang diawali dengan bau asap rokok yang sangat menyengat hidung.