Mendengar cerita putri saya rasanya dada mau pecah. Yang saya lakukan adalah sujud syukur karena Dia telah melindingi putri saya dari bencana selama tiga bulan lebih. Soalnya, selama tiga bulan itu saya tidak pernah berpikir bahwa anak saya tidak sekolah. Wong, dinding rumah dan halaman sekolah itu Cuma dipisahkan gang kecil.
Selain itu kalau upacara hari Senin pun dia sering lemas nyaris pingsan. Begitu juga kalau olah raga. Setelah minta tolong kepada Pak Misbah akhirnya diketahui bahwa di dekat tiang bendera di halaman tempat upacara ada juga ’tanaman’ yang menjadi terminal untuk mengirim santet ke putri saya.
Untunglah guru olah raga mau mendengarkan permohonan saya agar anak saya diberikan izin ikut tidak upacara dan olah raga. Ketika upacara putri saya duduk di teras sekolah di belakang barisan. Pak Guru olah raga di SMP itu, Alhamdulillah, bisa memahami masalah yang dihadapi putri saya.
Semoga Tuhan memberikan ganjaran kepada guru-guru yang telah mendengarkan keluhan saya dengan hati yang tulus. Amin. ***[Syaiful W. Harahap]***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H