Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perda AIDS Samarinda, Apa Kabar?

6 Februari 2012   15:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:59 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai November 2011 kasus kumulatif HIV/AIDS di Kota Samarinda, Prov Kalimantan Timur, mencapai 651 dengan 135 kematian.

Terkait dengan kasus tsb. yang terjadi justru penyangkalan terhadap perilaku penduduk Samarinda sebagai penyebar HIV/AIDS.

Lihat saja pernyataan Asisten Bidang Kesejahteraan dan Kemasyarakatan Sekretaris Kota Samarinda, Ridwan Tassa, ini. Menurut Ridwan, besarnya jumlah tersebut juga bisa diakibatkan disebabkan beberapa faktor yang diantaranya letak Samarinda sebagai ibu kota propinsi merupakan sentral sebagai tempat aktivitas kegiatan usaha yang dapat mengundang warga-warga dari luar daerah berkunjung ke Kota Tepian, khususnya mereka sebagai pelaku bisnis (135 Penderita HIV/AIDS di Samarinda Meninggal Dunia, tribunnews.com, 14/12-2011).

Yang jadi pertanyaan adalah: Apakah ada penduduk Samarinda, terutama laki-laki dewasa, yang melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti atau dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK) serta perempuan pelaku kawin-cerai di Samarinda atau di luar Samarinda?

Kalau jawabannya TIDAK, maka sinyalemen Ridwan itu benar. Artinya, HIV/AIDS di Samarinda ’dibawa’ oleh pendatang, seperti pelancong dan pebisnis. Tapi, tunggu dulu. Dengan siapa pelancong dan pebisnis itu melakukan hubungan seksual di Samarinda?

Kalau kasus HIV/AIDS di Samarinda terdeteksi pada laki-laki penduduk Samarinda, maka pelancong dan pebisnis, laki-laki dan perempuan, melakukan hubungan seksual yang tidak memakai kondom dengan laki-lali lokal.

Kalau kasus HIV/AIDS terdeteksi pada perempuan, maka bisa jadi tertular dari suami atau mereka melakukan hubungan seksual dengan pelancong dan pebisnis. Yang dipertanyakan adalah: Apakah perempuan-perempuan itu sebagai istri, simpanan atau maaf, PSK?

Namun, kalau jawaban dari pertanyaan di atas adalah YA, maka ada persoalan besar yang dihadapi Pemkot Samarinda yaitu penyebaran HIV secara horizontal di dalam dan di luar nikah. Dampaknya dapat dilihat dari kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga.

Menurut Ridwan: "Penularan virus HIV/AIDS ini tidak bisa dipandang sebelah mata, karena hingga saat ini belum ditemukan obat untuk penyembuhannya."

Biar pun tidak ada obat HIV/AIDS, tapi ada ‘vaksin’ yaitu informasi. Artinya, jika seseorang sudah mengetahui cara-cara penularan dan pencegahan HIV maka dia tidak akan tertular HIV.

Persoalannya adalah selama ini informasi tentang HIV/AIDS yang dipublikasikan tidak akurat. Informasi HIV/AIDS dibumbui dengan moral sehingga yang muncul hanya mitos (anggapan yang salah).

Misalnya, mengait-ngaitkan penularan HIV dengan zina, pelacuran, ‘seks bebas’, ‘jajan’, selingkuh, waria dan homoseksual. Ini tidak akurat karena penularan HIV melalui hubungan seksual terjadi karena KONDISI HUBUNGAN SEKSUAL (salah satu mengidap HIV dan laki-laki tidak memakai kondom) bukan karena SIFAT HUBUNGAN SEKSUAL (zina, pelacuran, ‘seks bebas’, ‘jajan’, selingkuh, waria dan homoseksual).

Karena informasi yang tidak akurat itulah akhirnya banyak orang yang terjerumus melakukan perilaku berisiko sehingga mereka tertular HIV. Celakanya, mereka tidak menyadari sudah tertular HIV karena tidak ada gejala-gejala yang khas AIDS pada fisik mereka.

Dengan 135 kematian terkait HIV/AIDS bukanlah persoalan kecil. Soalnya, sebelum 135 orang itu meninggal mereka sudah menularkan HIV kepada orang lain tanpa mereka sadari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun